kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek pabrik baterai Hyundai dan LG akan kerek ekosistem kendaraan listrik nasional


Kamis, 29 Juli 2021 / 18:19 WIB
Proyek pabrik baterai Hyundai dan LG akan kerek ekosistem kendaraan listrik nasional
ILUSTRASI. MoU Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution dengan Pemerintah RI untuk pembangunan pabrik baterai?kendaraan listrik.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah menyambut era kendaraan listrik. Hal ini ditandai dengan gencarnya pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik di tanah air yang turut melibatkan investor global.

Terbaru, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution yang meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah Indonesia untuk membentuk perusahaan patungan (joint ventures) sebagai upaya membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, senilai US$ 1,1 miliar.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, rencana Hyundai dan LG untuk berkolaborasi membangun pabrik baterai kendaraan listrik waktunya tergolong tepat. Terlebih lagi, Hyundai juga sedang membangun pabrik mobil di Indonesia yang nantinya turut memproduksi mobil listrik.

“Jika mobil listrik diproduksi di Indonesia, diharapkan harganya bisa lebih terjangkau bagi konsumen Indonesia dan mendukung target populasi kendaraan listrik yang dicanangkan oleh pemerintah,” kata dia, Kamis (29/7).

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menetapkan target produksi kendaraan listrik di 2030 nanti, yakni sebanyak 600.000 unit untuk mobil listrik dan 2,45 juta unit untuk sepeda motor listrik.

Dengan adanya kendaraan listrik, diharapkan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk kendaraan roda empat dan 1,1 juta ton untuk kendaraan roda dua.

Baca Juga: Mobil listrik kerek realisasi investasi di kuartal II-2021

Fabby berpendapat, dengan target produksi mobil listrik sebanyak itu, maka kemampuan produksi mobil listrik Indonesia mau tidak mau harus ditingkatkan. Paling tidak produksi mobil listrik bisa setara 10%--15% dari total produksi mobil nasional di masa mendatang.

Selain itu, jika jumlah kendaraan listrik secara akumulasi di atas 2 juta unit, maka kapasitas produksi baterai yang diperlukan bisa mencapai 50 GWh-65 GWh sampai tahun 2030 nanti. Itu artinya, Indonesia masih memerlukan tambahan pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik lagi di masa mendatang.

Fabby menjelaskan, pengembangan baterai kendaraan listrik juga sudah dimulai melalui PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan target produksi mulai 2024.

“Saya kira Indonesia siap karena ekosistem produksi baterai sudah terbentuk, mulai dari ketersediaan bahan baku, smelter untuk pemurnian nikel, dan sekarang sudah ada pabrik baterai dan produsen EV,” pungkas dia.

Mengutip berita sebelumnya, Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusuma mengatakan, terdapat tiga ambisi yang hendak dikejar oleh PT IBC di tahun 2025 nanti. Pertama, menjadi produsen nikel sulfat global dengan produksi tahunan 50-100 kton untuk melayani ekspor global dan permintaan lokal.

Kedua, memanfaatkan sektor hulu untuk membangun rantai nilai tengah dan hilir yang kuat serta menjadi produsen prekursor dan katoda global dengan output tahunan 120—240 kton untuk diekspor dan digunakan secara lokal.

Ketiga, menjadi pemain regional untuk sel baterai dan pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara.

Selanjutnya: Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution akan bangun pabrik baterai EV di Karawang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×