Reporter: Agung Hidayat, Lita Febriani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kabel dalam negeri masih membidik proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk dapat meningkatkan kinerja bisnisnya tahun ini. Proyek listrik 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintah masih membutuhkan suplai kabel dari produsen dalam negeri.
Apalagi setelah diberlakukannya aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bagi kabel listrik tersebut. Sehingga kata Noval Jamalullail, Ketua Umum Asosiasi Pabrik kabel Listrik Indonesia (Apkabel) dipastikan semua kebutuhan berasal dari lokal tanpa perlu lagi mengimpor.
Di tahun 2019 ini Noval memperkirakan permintaan dari segmen proyek PLN masih terus bertumbuh. "Khususnya sektor pemerintah yakni PLN bakal normal seiring jalannya infrastruktur," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (28/1).
Harapan dari asosiasi, pertumbuhan segmen ini sekitar 20% sampai penghujung tahun 2019. Sementara segmen lainnya seperti ritel dan proyek swasta, menurut Noval masih belum dapat diidentifikasikan.
"Swasta dan private sector belum tahu seperti apa, mereka kelihatannya menunggu kepastian ekonomi juga," sebutnya. Begitu pula dengan segmen penjualan ritel yang dirasakan melamban, Noval menduga kondisi jelang pemilihan umum (pemilu) ini memicu perlambatan konsumsi tersebut, diharapkan usai ajang demokrasi tersebut berlangsung stabil maka konsumsi dapat naik kembali.
Adapun porsi segmen ritel dan proyek swasta tersebut bagi penjualan kabel, menurut asosiasi kalah besar dibandingkan proyek PLN. "Paling besar di PLN sekitar 50%, sisanya 30% diisi ritel dan 20% oleh proyek swasta lainnya," kata Noval.
Untuk itu beberapa pabrikan sudah mulai ekspansi lini produksinya di tahun 2019 ini. Khususnya, kata Noval, kabel listrik 150 kV underground yang kapasitasnya sudah naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun kemarin.
"Kalau dulu (150kV underground) hanya empat lini alias 1.200 kilometer per tahun, sekarang sudah tambah lima lini baru," urai Noval. Total lima lini baru tersebut berkapasitas kurang lebih 2.000 km per tahunnya.
Sementara itu, PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) diketahui tengah menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (Capex) 2019 sekitar Rp 30 miliar. Direktur PT JECC Antonius Benady mengatakan bahwa capex tahun untuk melengkapi prasarana mesin-mesin yang ada.
Sekedar informasi, saat ini kapasitas produksi kabel tembaga Perseroan sebesar 10.000 ton per tahun. Untuk pabrik kabel aluminium mampu memproduksi 15.000 ton per tahun. Dan untuk kabel fiber optic mencapai 2 juta kilometer single fiber per tahun.
Pada tahun ini JECC akan melihat kondisi pasar terlebih dahulu guna menentukan strategi bisnis apa yang tepat. Di tahun 2019 ini pula JECC menargetkan penjualan kabel tidak jauh berbeda dengan target tahun 2018 kemarin. "Target penjualan kabel tahun 2019 tidak jauh berbeda dengan target tahun 2018 sekitar Rp 2,8 triliun," sebut Antonius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News