Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berada pada titik temu tiga jalur utama lalu lintas yang sangat strategis, yaitu antar kota Jakarta, Bandung, dan Cirebon, Kabupaten Purwakarta menyimpan potensi energi terbarukan yang luar biasa. Di sinilah terletak pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Indonesia dan nomor dua se-Asia Tenggara setelah PLTA di Vietnam.
Tak lama lagi, di sana akan menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung terbesar di Asia Tenggara dan berpotensi menjadi yang terbesar di dunia dengan kapasitas 145 MW. Semuanya berlokasi di Waduk Cirata.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan, dari Waduk Cirata terdapat PLTA yang berkapasitas 1.008 MW dan sampai sekarang kapasitasnya masih tetap. PLTA Cirata dahulu sempat menjadi PLTA terbesar di Asia Tenggara sebelum kemunculan PLTA di Vietnam. Sebentar lagi, Waduk Cirata akan menjadi lokasi berdirinya PLTS terapung terbesar di dunia.
“Ini merupakan sebuah terobosan, karena kita akan menggunakan dua energi terbarukan dari sumber yang berbeda tapi masih di satu wilayah dan ini akan membuat PLN semakin nyaman,” tutur Dadan dalam siaran pers di situs Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Kamis (3/12).
Baca Juga: Demi Bauran EBT, Pemerintah Akan Mengonversi 23 PLTU Berusia Tua
PLTA Cirata yang berkapasitas 1.008 MW dan PLTS Cirata yang berkapasitas 1 MWp dikelola sepenuhnya oleh PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang merupakan anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Tak hanya itu, dalam program EBT-nya, PJB juga mengelola PLTA Brantas berkapasitas 275 MW, PLTA Batang Toru 510 MW yang sedang di tahap konstruksi, melaksanakan program implementasi cofiring biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dikelola, menjalankan program dedieselisasi atau studi kelayakan untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan PLTS, serta inisiasi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Indonesia.
Direktur Mega Proyek PLN M. Ikhsan Asaad mengatakan, proyek terbaru yang akan segera dibangun, yaitu PLTS Terapung Cirata merupakan hasil kerja sama Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA). Proyek ini akan dijalankan konsorsium anak usaha PLN, yaitu PJB (kepemilikan saham 51%) dengan perusahaan asal UEA, Masdar (49%). Adapun nama perusahaan konsorsium tersebut adalah PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE).
Jika tidak ada hambatan, maka 17 Desember 2020 akan dilakukan water breaking PLTS Terapung Cirata. “Ini merupakan inovasi dari teman-teman PJB agar harganya bisa lebih efisien, yaitu US$ 8,5 sen. Ke depan dengan semakin masifnya teknologi, kami harapkan harganya bisa lebih rendah lagi serta bisa berkontribusi untuk mempercepat target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025,” ungkap Ikhsan.
Baca Juga: Inilah 5 bisnis yang diprediksi bersinar di masa depan
PLTS Terapung Cirata akan menghasilkan listrik berkapasitas 145 MW dengan total nilai proyek mencapai US$ 18,8 miliar. Luas area PLTS Terapung ini mencapai 200 Ha (waduk) dan 9,02 Ha atau sebesar 3% dari total luasan Waduk Cirata. Proses konstruksi akan dimulai pada kuartal pertama 2021 dan ditargetkan selesai dan beroperasi pada kuartal keempat tahun 2022.
Floating Photovoltaic (PV) memang menjadi tren baru di dunia karena memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya mengoptimalkan pemanfaatan reservoir, menghindari penggunaan lahan, melengkapi tenaga air atau operasi hybrid, mengurangi penguapan, dan meningkatkan hasil energi hingga 10% karena suhu lingkungan yang lebih rendah.
Indonesia memiliki lebih dari 192 bendungan dan waduk dengan luas tangkapan 86.247 Ha, sehingga berpotensi tinggi untuk pemanfaatan sebagai PLTS Terapung lebih dari 4.300 MWP atau pemanfaatan 5% dari daerah tangkapan air berdasarkan hasil riset internal PJB.
Baca Juga: Kejar target, di 5 tahun ke depan, butuh tambahan PLTS lebih dari 1.000 MW per tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News