Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018 – 2027 yang tidak memasukkan beberapa pembangkit listrik jumbo, diklaim oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai langkah tepat. Meskipun ditunda pembangunannya, proyek tersebut tetap masuk dalam daftar potensi pengembangan ketenagalistrikan.
PLN menganggap, jika proyek-proyek jumbo yang masuk dalam RUPTL itu terus dibangun, PLN akan kebingungan untuk menjual suplai listrik yang sejatinya mencapai angka 56.000 Megawatt (MW).
Adapun diantaranya, proyek jumbo tersebut adalah: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 5 berkasitas 1 x 1.000 MW, PLTU Jawa 6 berkapasitas 2 x 6.000 MW. Selain batubara, untuk pembangkit jenis gas yang dipangkas antara lain: PLTGU Jawa 4 berkapasitas 2 x 800 MW, PLTGU Jawa 5 berkapasitas 2 x 800 MW.
Kemudian, PLTGU Jawa 5 berkapasitas 2 x 800 MW, PLTGU Jawa 7 berkapasitas 2 x 800 MW. Dan, PLTGU Jawa Bali 2, 3 yang keduanya berkapasitas 500 MW. Stu lagi PLTGU Jawa Bali 4 berkapasitas 450 MW.
Dalam RUPTL penundaan pembangkit itu sehubungan dengan proyeksi demand yang lebih rendah. Maka pembangkit itu ditunda sampai tahun 2027.
Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengklaim bawah pembangkit yang tidak masuk dalam RUPTL belum ada pengembangnya. Lagi pula, kebutuhan listrik yang ada dalam RUPTL sudah disesuaikan dengan demand.
“Kalaupun masuk RUPTL, kita mau jual kemana (listriknya). Artinya proyeknya ada, tapi kita hold dulu. Dan pengembangnya juga belum ada,” terangnya saat ditmeui di Kantor PLN, Rabu (28/3).
Namun Syofvi membantah bahwa PLTU Jawa 5 tidak masuk dalam RUPTL. Hanya saja ketika dilihat dalam RUPTL itu, pembangkit berkapasitas 1.000 MW yang dikembangkan oleh anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power.
“Masuk ko, coba lihat lagi. Dan masih tetap jalan proyeknya,” ungkapnya.
Syofvi menambahkan untuk pembangkit yang tidak masuk dalam RUPTL tetap masuk kedalam daftar potensi pengembangan listrik. Artinya, jika suatu saat proyek ini dibutuhkan untuk dikembangkan, maka akan segera dilanjutkan kembali.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng mengatakan adanya pembangkit listrik yang tidak masuk itu lantaran pemerintah kembali menyesuaikan dengan suplai dan permintaan.
"Angka itu akan kami sesuaikan lagi satu-satu. Yang terpangkas bisa masuk potensi. Ada juga yang dikeluarkan karena banyak yang dulu dapat izin hanya dagang izin saja," terangnya kepada KONTAN, Rabu (28/3).
Namun dengan berkurangnya kapasitas listrik itu, kata Andy, tidak mengurangi rencana target megaproyek 35.000 MW yang sedianya bisa dirampungkan pada tahun 2019 ini.
Hanya saja, ada beberapa proyek yang disesuaikan sambil menunggu proyek transmisi listrik bisa diselesaikan.
"Intinya ada yang disesuaikan ada yang dipercepat, tergantung dari supply dan demand. Jangan sampai kita sudah bangun tau-taunya transmisinya tidak selesai," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News