kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Punya produksi 35 MMSFCD, industri didorong untuk menyerap gas Lapangan Sinamar


Minggu, 14 Februari 2021 / 07:58 WIB
Punya produksi 35 MMSFCD, industri didorong untuk menyerap gas Lapangan Sinamar
ILUSTRASI. Ilustrasi PR Kementerian ESDM. KONTAN/Baihaki/20/10/2016


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mendorong tumbuhnya industri di Sumatera Barat agar menyerap gas dari Lapangan Sinamar, Blok South West Bukit Barisan yang terletak di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Dengan pertumbuhan industri yang pesat tersebut, diharapkan produksi gas dari lapangan tersebut dapat dipercepat.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji ketika mendampingi Komisi VII DPR dalam Kunjungan Kerja ke Lapangan Sinamar, Blok South West Bukit Barisan, Kamis (11/2). Menurutnya, masih terbatasnya pembeli untuk Lapangan Sinamar, menjadikan lapangan ini belum dapat diproduksikan.

Padahal, lapangan tersebut cadangannya termasuk menengah yaitu sebesar 245 BSCF (billion standard cubic feet) dengan potensi produksi sebesar 35 MMSCFD (million standard cubic feet per day) dan 800 barel kondensat per hari.

Baca Juga: Begini upaya pemerintah menyeimbangkan pengelolaan lingkungan dengan kegiatan tambang

Rencananya gas dari Lapangan Sinamar yang dikelola PT Rizki Bukit Barisan (RBB) tersebut, akan mulai diproduksikan pada kuartal keempat tahun 2023 sebesar 2 MMSCFD. Gas yang akan diproduksikan akan digunakan untuk pembangkit listrik ke PLN dengan kapasitas 10 megawatt.

Berbeda dengan minyak bumi, lanjut Tutuka, gas baru dapat diproduksikan apabila konsumennya telah tersedia. "Potensi gas yang besar itu tidak akan dikeluarkan dari bawah tanah kecuali kalau ada pembeli. Menyimpan gas itu sangat susah. Jadi yang paling murah simpan aja di bawah tanah. Dengan demikian, produksi gas tergantung pihak-pihak di sini bagaimana mengembangkan gas tersebut," katanya lewat keterangan tertulis di situs Ditjen Migas KESDM, Jum'at (12/2).

Menurut Tutukan, pertumbuhan industri di Sumatera Barat akan menyerap gas yang banyak. Apalagi, industri juga akan membutuhkan listrik yang pembangkitnya berbahan bakar gas. "Kita tahu di Sumatera Barat potensi pertanian juga besar. Kalau itu bisa dikembangkan akan menyerap produksi gas," tambahnya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Suparno yang memimpin kunjungan kerja ini menyatakan, percepatan pengembangan Lapangan Sinamar sangat penting dalam rangka meningkatkan penggunaan energi bersih.

Baca Juga: Harga minyak brent melonjak 5,21% sepekan, tertinggi sejak Oktober 2019

Komisi VII juga mendorong agar negosiasi dengan calon-calon pembeli potensial dari pihak sektor pengembangan energi seperti PLN dan Pertamina, bisa lebih dipercepat sehingga sumber daya migas yang sudah tersedia bisa segera dimanfaatkan. 

Bupati Sijunjung Yuswir Arifin menyampaikan produksi gas dari Lapangan Sinamar sangat diperlukan untuk mendorong perekonomian masyarakat setempat dan membuka lapangan kerja baru. Bagi hasil dari gas ini juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah.

"Kalau gas ini bisa diproduksikan, berarti menjadi sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Sijunjung, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha lainnya," kata dia.

Adapun, kegiatan eksplorasi migas di Lapangan Sinamar telah berlangsung lama sejak PT Caltex mulai beroperasi di wilayah kerja blok Singkarak pada 1981. Kemudian PT RBB mengambil alih kegiatan eksplorasi wilayah tersebut sejak 2018.

Selanjutnya: PLN tebar diskon 30% pengisian daya bagi pengguna kendaraan listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×