Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Manajemen PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) kini bisa tersenyum lebar. Pasalnya pabrik pupuk yang kembang kempis mendapatkan gas tersebut kini menemukan titik terang.
Jumat (11/11) lalu, PIM akhirnya mendapat komitmen pasokan gas dari PT Medco E&P Indonesia. Nantinya gas yang dialirkan ke PIM akan berasal dari Blok A, Aceh. Gas Medco tersebut baru bisa dialirkan pada 2013 untuk kurun waktu tujuh tahun. Perkiraan jumlahnya sekitar 110 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
"Blok A adalah potensi untuk kontinuitas PIM karena gas dari Exxon habis pada 2014," kata Mashudianto, Direktur Utama PIM, usai meneken kontrak jual beli gas dengan Medco, Jumat (11/11).
Mashudianto mengaku senang setelah Medco mendapatkan perpanjangan kontrak Blok A dari BP Migas. Dengan perpanjangan kontrak itu, ia berharap Medco segera melakukan eksplorasi dan pengembangan Blok A. "Seharusnya tahun 2011 sudah bisa onstream. Tapi karena ada hal-hal tertentu, baru bisa onstreampada 2013," jelas Mashudianto.
Presiden Direktur Medco E&P Indonesia Budi Basuki mengatakan, perusahaannya bersedia memasok gas ke PIM karena mereka yakin pabrik pupuk tersebut akan mampu membeli harga gas secara keekonomian. Sayang, Budi enggan menyebut berapa besar harga gas dari Blok A tersebut.
Boleh jadi, PIM yang seret energi pun akhirnya mau menerima harga jual gas Blok A walaupun harganya tinggi. Harga tinggi ini karena proyek Blok A merupakan proyek yang berisiko tinggi, sehingga pengembangannya butuh investasi lebih. Untuk mengembangkan Blok A, Medco sudah menyiapkan dana sebesar US$ 600 juta.
Dengan kerjasama ini, maka pasokan gas untuk PIM bakal aman hingga 2020. Dengan begitu, usaha PIM menaikkan produksi tidak lagi terhambat energi.
Tahun ini, produksi pupuk PIM hanya 500.000 ton. Tahun depan naik menjadi 850.000 ton. Maklum, Mei 2011, pabrik kedua milik PIM sudah mulai beroperasi.
Pada 2012, target produksi pupuk PIM naik menjadi 1.140.000 ton. Jumlah ini akan stabil hingga beberapa tahun ke depan. "Produksi kami semuanya untuk dalam negeri," kata Mashudianto.
Terkait seruan Menteri Negara BUMN untuk mengembangkan perindustrian di Aceh, Mashudianto berharap agar salah satu pemasok gasnya, yaitu PT Arun NGL, dapat menjadi operator Blok A. Dengan begitu, pasokan gas untuk kebutuhan domestik terjamin dan Arun NGL tak kehilangan bisnisnya. "Kalau PT Arun NGL jadi operator kan tidak PHK, mereka masih bisa jalan," kata Mashudianto.
Menanggapi hal ini, Budi belum mau berbicara banyak. Menurut dia, sulit bagi PT Arun NGL jika ingin menjadi operator gas. Pasalnya, lokasi antara keberadaan gas dengan fasilitas PT Arun NGL terbilang jauh.
Tetapi, pihak Medco masih melibatkan mereka dalam operasional Blok A. "Karena kami menggunakan pipa mereka," jelas Budi.
Ia menambahkan, Medco berkomitmen tinggi memasok gas bagi kebutuhan dalam negeri. "Lapangan Singa di Sumatra Selatan juga diperuntukkan untuk domestik," papar Budi.
Ia juga menjelaskan, saat ini Medco mempunyai rencana jangka panjang sebagai perusahaan produsen gas ketimbang produsen minyak. Saat ini, produksi gas Medco sebesar 150 mmscfd dan produksi minyak sebesar 28.000 barel perhari (bph).
Pada 2013 nanti, produksi gas Medco menjadi 350 mmscfd, dan produksi minyak hanya 25.000 bph. "Ke depan, akan lebih banyak produksi gas karena sumber-sumber minyak sangat sulit dijangkau. Sementara aset-aset Medco banyak yang harus dikembalikan ke negara," katanya.
Lukman Mahfoedz, Direktur Produksi PT Medco Energi Internasional, menambahkan, sejauh ini proyek-proyek Medco di Libya dan Tunisia sesuai jadwal. Di Libya, akhir tahun ini Medco bisa memperoleh ijin komersial, hingga di 2011 bisa masuk tahap pengembangan. "Di Libya kami anggarkan US$ 78 juta tetapi realisasinya hanya US$ 60 juta. Kami under budget tapi on schedule," jelas Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News