Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar akan mengkaji penarikan PT Pupuk Sriwidjaya (Pusri) dari proyek pabrik pupuk di Iran yang sedianya digelindingkan bersama National Petrochemical Company of Iran (NPCI). Soalnya, Pusri mengalami kesulitan keuangan. Apalagi, Pusri juga sedang fokus untuk membangun beberapa pabrik di dalam negeri, misalnya Pabrik Kaltim V maupun pabrik di Donggi Senoro yang membutuhkan dana yang tak mini.
“Mereka ingin fokus dulu kepada produksi dalam negeri karena mereka bangun Kaltim 5, Donggi Senoro jadi kalau mereka mau fokus utk memperkuat pabrik dalam negeri jangan dulu ke luar. Jadi seperti itu,” lanjut Mustafa.
Namun, sumber KONTAN di kantor Kementrian BUMN membisiki, mundurnya Pusri bukan karena persoalan keuangan; melainkan tidak adanya jaminan dari pemerintah Iran bahwa pabrik pupuk tersebut akan terus berjalan meskipun ada kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan. Contohnya, bila kerjasama batal sementara, Pusri harus mengeluarkan dana untuk investasi terlebih dahulu.
Sejatinya Pusri dan NPCI telah meneken nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pabrik pupuk tersebut sejak bulan April 2007. Mereka juga telah mendirikan perusahaan patungan bernama Hengam Petrochemical Company. Sayangnya, proyek ini macet.
Sekedar mengingatkan, sejak Desember 2007 pembahasan pembangunan pabrik ini sudah mulai bergulir. Rencananya pembangunan pabrik untuk produksi urea dan amonia di Asahluye Iran dengan kapasitas produksi 3.500 ton per hari. Iran menjadi pilihan partner kolaborasi karena sumber gas di Iran cukup memadai dan harganya relatif murah. Namun, hasil dari pabrik pupuk Iran ini hanya akan didistribusikan kepada wilayah negara-negara di sekitar Iran dengan alasan demi harga keekonomian.
Hitung-hitungan diatas kertas, investasi pabrik mencapai US$ 700 juta di antaranya yang berasal dari US$ 100 juta dari Bank Pembangunan Islam dan US$ 150 juta dari Bank Iran. Pembagian saham antara pemerintah Iran dengan Pusri diperkirakan seimbang yakni masing-masing 50%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News