Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) masih terus berupaya memperkuat kinerja bisnisnya hingga akhir tahun ini. Meski sampai kuartal tiga di tahun ini dari segi topline bertumbuh, namun bottomline perseroan mengalami penurunan.
Mengulik laporan keuangannya sampai akhir September 2018, revenue PYFA tercatat sebesar Rp 185 miliar, tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 168 miliar.
Steven Setiawan, Sekretaris Perusahaan PYFA mengatakan bahwa penjualan naik disebabkan kenaikan harga produk dipasar yang dipengaruhi kenaikan harga obat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Sementara itu dari segi laba kotor terjadi kenaikan 9,2% di kuartal tiga tahun ini year on year (yoy) dibandingkan tahun lalu, menjadi Rp 71 miliar di tahun ini.
Meski laba kotor naik 9,7% yoy menjadi Rp 113 miliar, namun perseroan dibayangi membengkaknya beban penjualan dan administrasi sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2018 ini sekitar 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Alhasil perolehan laba bersih perseroan di 30 September tahun ini tercatat senilai Rp 4,3 miliar atau turun 15% dibandingkan kuartal tiga tahun 2017 yang mencatatkan bottomline Rp 5,1 miliar. Adapun perseroan sebelumnya menargetkan di tahun ini pertumbuhan 6% dari sisi pendapatan bersih dan 8% untuk bottomline.
Mengenai proyeksi 2019, kondisinya menurut Steven masih sama dengan tahun ini terutama terkait tender obat BPJS. "Pasar sudah terimbas harga BPJS dan persaingan super ketat untuk ikut tender tersebut," ungkapnya.
Adapun soal target di tahun depan, Steven belum dapat mengungkapkan detilnya terlebih dahulu. Yang jelas fluktuasi kurs yang terjadi saat ini dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) masih membayangi industri farmasi untuk bertumbuh. "Kurs sangat vital sebab industri farmasi hampir semua bahan bakunya diimpor," katanya.
Meski, Steven menerangkan bahwa Pyridam tidak impor langsung bahan baku tersebut melainkan melalui agen lokal, meski barang yang dibeli perseroan dalam bentuk rupiah namun akibat kurs naik harga barang tersebut praktis meningkat.
Sekedar informasi, mayoritas penjualan PYFA masih didominasi oleh produk farmasi sedangkan sisanya dari segmen alat kesehatan. Produk farmasi berkontribusi 96% dari total revenue alias Rp 178 miliar di triwulan ketiga tahun ini, jumlah tersebut bertumbuh 9,8% yoy.
Sedangkan segmen alat kesehatan mampu meningkat 26%, dari Rp 5,2 miliar di kuartal tiga tahun 2017 kemarin menjadi Rp 6,6 miliar di kuartal yang sama tahun ini. Hanya segmen ekspor yang mengalami penurunan 35% yoy, namun jumlah pendapatan yang didapat masih tergolong kecil sekitar Rp 450 juta di sembilan bulan pertama 2018 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News