Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ramayana Lestari Tbk berencana lebih getol menggarap segmen penjualan konsinyasi department store. Pasalnya, kinerja pertumbuhan segmen tersebut lebih baik ketimbang dua segmen penjualan lain.
Penjualan konsinyasi merujuk pada penjualan produk nasional di gerai Ramayana Lestari. Perusahaan berkode saham RALS di Bursa Efek Indonesia itu mengutip komisi penjualan untuk setiap produk yang terjual.
Selain penjualan konsinyasi, Ramayana Lestari memiliki segmen penjualan beli-putus department store. Satu lagi bisnis yang mereka geluti yakni penjualan supermarket.
Berkaca dari tahun lalu, penurunan penjualan beli-putus sebesar Rp 306,3 miliar menyebabkan laba kotor penjualan beli-putus susut Rp 62,1 miliar. Beruntung, komisi penjualan konsinyasi naik Rp 71,9 miliar. Alhasil, total laba kotor secara keseluruhan masih bisa bertambah sekitar Rp 9,8 miliar ketimbang tahun sebelumnya.
Perlu diketahui, pertumbuhan bisnis penjualan konsinyasi bukan baru tahun lalu terjadi. "Barang konsinyasi bukan barang yang biasa dibeli oleh pelanggan Ramayana tetapi fakta tiga tahun terakhir justru naik terus," terang Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Tbk, Rabu (28/3).
Meskipun potensi besar di depan mata, Ramayana Lestari berjanji bakal tetap selektif memilih pemasok. Perusahaan tersebut masih akan konsisten dengan target pasar menengah ke bawah.
Sementara untuk menarik pengunjung, Ramayana Lestari akan mengembangkan gerai berkonsep lifestyle. Misalnya saja dengan menghadirkan bioskop, tempat minum kopi atau fasilitas penarik pengunjung yang lain.
Pengembangan konsep anyar gerai bakal beriringan dengan penambahan gerai. Tahun ini Ramayana Lestari berencana membuka tiga gerai baru di Bekasi (Jawa Barat), Cibubur (Jakarta) dan Cakung (Jakarta).
Biar rencana ekspansi mulus, Ramayana Lestari mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) Rp 300 miliar. Sekitar Rp 150 miliar-Rp 175 miliar untuk menambah gerai baru. Lantas, Rp 100 miliar kan untuk mengubah konsep gerai lama dan untuk merawat gerai yang sudah ada.
Target single digit
Kalau jumlah department store akan bertambah, jumlah supermarket bisa jadi kembali berkurang. Pasalnya Ramayana Lestari mengaku, justru penutupan 16 supermarket pada tahun lalulah yang menyebabkan biaya operasional menurun hingga 20%.
Alhasil, kini kerugian Ramayana Lestari dari supermarket tersisa Rp 25 miliar. "Sehingga kami yakin sudah di jalur yang tepat," tutur Aloysius Santosa, Investor Relations PT Ramayana Lestari Tbk.
Asal tahu, bisnis supermarket Ramayana Lestari sudah merugi sejak beberapa tahun yang lalu. Menurut catatan mereka, kerugian bisnis supermarket tahun 2015 sekitar Rp 80 miliar dan tahun 2016 sebesar Rp 71 miliar.
Hingga akhir tahun nanti, Ramayana Lestari memprediksi pertumbuhan penjualan konsinyasi dan beli-putus department store masing-masing sebesar 8% dan 4%. Kalau target penjualan supermarket tahun ini minus 15%.
Sementara secara keseluruhan, tahun ini Ramayana Lestari membidik pertumbuhan penjualan kotor sebesar 1,1% year on year (yoy). Perusahaan tersebut juga memburu kenaikan laba bersih hingga 10%. "RALS selalu memasang angka konvensional, kami memakai angka realistis," ungkap Aloysius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News