Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Test Test
JAKARTA. Dampak krisis global yang menghumbalang sejak tahun lalu belum benar-benar berhenti. Hingga kini, menurut Ilhamy Elias, Ketua Asosiasi Usaha Menengah Indonesia (AUMI), ada ratusan usaha menengah yang merugi dan megap-megap terseret krisis.
"Ya sekitar 17% dari anggota kita (yang merugi), tapi sejauh ini belum ada yang mati," papar Ilhamy, Selasa (1/12). Saat ini, ada sekitar 900 anggota AUMI di Indonesia. Artinya, ada sekitar 153 pengusaha skala menengah yang masih oleng hingga kini.
Usaha kelas menengah versi AUMI adalah usaha yang mempekerjakan 20-500 tenaga kerja. Perusahaannya beraset antara US$ 30.000 hingga US$ 3 juta dan nilai transaksi usahanya di kisaran US$ 100.000 sampai US$ 5 juta per tahun.
Menurut Ilhamy, total kerugian yang diderita usaha di bawah naungan AUMi itu, paling tidak sekitar Rp 1 miliar per perusahaan. Mereka rugi karena penurunan permintaan dari perusahaan besar atas produk dan jasa yang ditawarkan. "Karena kebanyakan kita itu sub kontraktor dalam skema klaster," terang dia.
Jenis usahanya tersebar mulai dari industri kayu, mesin, dan kimia, hingga perusahaan jasa, seperti pengiriman barang. Kondisi ini ikut diperparah oleh byar-pet-nya pasokan listrik bagi industri. "Listrik padam yah mengurangi produksi dan penghasilan. Jadi memang ada kerugian," ungkap Ilhamy.
Meski demikian, Ilhamy optimistis, anggotanya yang merugi dapat terus beroperasi pada tahun ini. "Itu biasa, apalagi mereka berbisnis belum sepenuhnya menggunakan asetnya, lebih banyak gunakan jaringan," terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News