Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terhitung sejak 26 Desember 2021, PT Rekayasa Industri (Rekind) merampungkan pekerjaannya di Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Rantau Dedap (91.185 MW) di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatra Selatan.
Hal itu ditandai dengan diselesaikannya semua tahapan pengujian sistem dan fasilitas kapasitas pembangkit listrik (Plant Rated Capacity Test) yang dikerjakan perusahaan EPC (engineering, Procurement and Construction) nasional tersebut.
PLTP Rantau Dedap adalah PLTP yang dioperasikan oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), perusahaan kerja sama antara PT Supreme Energy, ENGIE, Marubeni Corporation dan Tohoku Electric Power.
Pada 26 Desember 2021 mengumumkan bahwa PLTP Rantau Dedap Tahap-1 dengan kapasitas 91.185 MW telah beroperasi komersial. Listrik yang bersumber dari energi hijau bebas karbon emisi ini akan disalurkan melalui jaringan transmisi milik PT PLN (Persero) untuk dapat mendukung kehandalan pasokan listrik di Wilayah Sumatra.
Baca Juga: PLTP Rantau Dedap Mulai Beroperasi Komersial
Bukti penyelesaian seluruh tahapan pengujian itu diperkuat dengan dikeluarkannya sertifikat atau berita acara Commercial Operation Date (COD - Tanggal Operasi Komersial) secara tertulis oleh SERD selaku pemilik proyek.
Pijakannya, mengacu pada SKPP (Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan) yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh Direktorat Teknik dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Selain itu juga mengacu pada Sertifikat Kompetensi Operator yang diterbitkan Himpunan Ahli Pembangkit Tenaga Listrik. Pascaterbitnya COD ini, PLTP Rantau Dedap langsung menyalurkan listrik melalui jaringan transmisi milik PLN secara komersial, untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat, khususnya dalam menopang minimnya pasokan listrik di wilayah Sumatra Bagian Selatan.
Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 dan sejumlah tantangan besar yang dihadapi, Rekind masih mampu memberikan yang terbaik untuk penyelesaian Proyek PLTP Rantau Dedap.
Baca Juga: Ini 15 Jurusan yang Sepi Peminat di SNMPTN 2021 untuk UGM, UI, dan ITB
"Upaya ini juga merupakan bentuk komitmen Rekind dalam mendukung program percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia dan meningkatkan peran energi terbarukan dalam mewujudkan ketahanan energi bangsa yang berkelanjutan,” ujar Triyani dalam siaran pers, Jumat (7/1/2022).
Di bawah bendera konsorsium bersama Fuji Electric, lingkup pekerjaan Rekind dalam proyek PLTP Rantau Dedap cukup luas. Mencakup pekerjaan engineering, procurement, konstruksi, commissioning BOP dan pre-commissioning. Kesemuanya dilakukan secara mandiri oleh putra-putri terbaik Rekind.
Rekind tetap mengedepankan inovasi dan penerapan teknologi kekinian dalam melahirkan karya-karya terbaik di proyek yang lokasinya berada pada ketinggian tapak di atas 2.000-2.600 mdpl itu. Di antaranya dalam pengerjaan Steam Separation System.
Di sini perusahaan yang berdiri sejak 40 tahun tersebut mampu mengaplikasikan pekerjaannya dengan baik melalui penerapan teknologi Central Separator with Dual Flash System.
Teknologi ini mengandalkan central separator pembangkit yang mampu melakukan proses flashing (tekanan) dua kali lebih kuat dibandingkan teknologi yang diterapkan dalam pembangkit sebelumnya, sehingga memperoleh performa maksimal.
Tidak hanya itu, untuk pengerjaan switchyard dalam kapasitas 150 kV Rekind juga mampu menerapkan teknologi Using Container Gas Insulated Switchyard (GIS).
Baca Juga: Ini Kesiapan Pemerintah Antisipasi Lonjakan Lalu Lintas Libur Nataru
"Ini merupakan teknologi yang mampu mentransformasi gardu induk listrik yang konvensional menjadi digital. Penerapan teknologi ini pertama kalinya dilakukan di Indonesia dan Rekind mampu melakukannya,” ungkap Project Manager Rekind untuk Proyek PLTP Rantau Dedap Dwi Novianto.
Namun diakuinya, untuk mewujudkan itu tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Mulai dari banyaknya pekerja proyek terpapar Covid 19. Sulitnya mengangkut material berat karena jalan menuju lokasi proyek yang rentan terhadap terjadinya longsor, tanjakan ekstrim serta kondisi jalan berbatu. Temperatur suhu yang rendah (rata-rata di area proyek 10°C -15°C) hingga ancaman dari binatang liar/buas terhadap pekerja.
“Meskipun demikian dalam merampungkan pengerjaan proyek ini Rekind selalu berusaha memberikan yang terbaik. Setiap pekerjaan yang kami lakukan harus terukur dan terencana dengan tepat,” tambah Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News