Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Beredarnya kabar merger antara PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dengan PT Tokopedia (Tokped) disambut positif oleh sejumlah kalangan. Konsolidasi dua startup paling bernilai di Indonesia dengan status decacorn dan unicorn ini akan diproyeksi akan membentuk super ekosistem yang menguntungkan bagi jutaan pelaku usaha di Indonesia.
Heru Sutadi, pengamat IT berpendapat, konsolidasi Gojek dan Tokped akan memungkinkan lahirnya super ekosistem bisnis yang menaungi lebih dari 10 juta pelaku UMKM. "Merger dua perusahaan ini akan menciptakan banyak peluang baru bagi para pelaku usaha yang telah ada di masing-masing ekosistem," kata Heru kepada Kontan.co.id, Selasa (5/1).
Jika merger berjalan mulus, lanjut Heru, merger Gojek-Tokopedia merupakan langkah strategis yang akan menguntungkan banyak pihak, terutama untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia akibat Covid-19. Selain itu, entitas baru dari hasil konsolidasi itu akan semakin kokoh di berbagai segmen bisnis berbasis digital di Indonesia.
Perusahaan baru itu diperkirakan akan menaungi beragam lini bisnis, mulai dari layanan transportasi daring dan digital payment hingga bisnis belanja online dan antaran, yang bisa dibaratkan gabungan lini usaha empat perusahaan raksasa, seperti Uber Technologies Inc., PayPal Holdings Inc., Amazon.com Inc., dan DoorDash Inc.
Berdasarkan catatan Kontan, saat ini ekosistem bisnis Gojek telah menaungi lebih dari 1,5 juta mitra driver dan lebih dari 900.000 mitra UMKM. Perusahaan yang dirintis Nadiem Makarim ini juga telah memasuki fase penguatan fundamental berkat perubahan strategi yang mulai dilakukan tahun 2019.
Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek menyebut penguatan fundamental perusahaan di masa pandemi Covid 19 ini didukung oleh nilai transaksi di dalam platform Gojek group yang mencapai 12 miliar dollar AS atau setara Rp 170 triliun, meningkat 10 % dibandingkan tahun lalu.
Dengan portofolio produk yang semakin kuat, kata Andre, Gojek bisa mengembangkan pengguna bulanan Gojek hingga 38 juta di Asia tenggara. Gopay juga terus berkembang dimana banyak user Gopay gunakan buat transaksi di e-commerce, beli games dan transaksi harian lainnya. "Nilai transaksi GoPay di masa pandemi sudah melampaui total nilai transaksi sebelum masa pandemi," ujarnya.
Sementara itu total mitra Tokopedia juga terus meningkat selama masa pandemi Covid-19. Jika di Januari 2020 jumlahnya sekitar 7,2 juta, pada Agustus 2020 sudah bertambah 2,5 juta mitra baru menjadi 9,2 juta mitra.
Konsolidasi Gojek dan Tokped akan memungkinkan lahirnya super ekosistem bisnis yang menaungi lebih dari 10 juta pelaku usaha menengah kecil atau UMKM.
Karena itu, konsolidasi antara Gojek dan Tokped dinilai berpotensi membentuk perusahaan gabungan dengan valuasi lebih dari US$ 18 miliar atau sekitar Rp 252 triliun (kurs Rp 14.000 per US$). Tahun lalu, Gojek memiliki valuasi sekitar US$ 10 miliar sementara Tokped memiliki valuasi bisnis lebih dari US$ 7,5 miliar.
Kesamaan investor
Heru menambahkan, kemungkinan merger Gojek-Tokopedia jauh lebih besar dibandingkan dengan isu merger Gojek dengan perusahaan lainnya. Pasalnya, kata dia, kedua perusahaan diketahui sudah melakukan pembicaraan yang serius terkait rencana merger tersebut. Karena itu, rencana merger kedua perusahaan berbasis digital ini sangat mungkin terjadi.
Apalagi, Gojek dan Tokopedia didukung oleh investor yang sama, yakni Google, Temasek Holdings Pte dan Sequoia Capital India. Sehingga, rencana merger ini kemungkinan besar tidak akan kesulitan mendapat restu dari para investor. "Dengan adanya kesamaan investor, rencana konsolidasi Gojek-Tokopedia akan mudah mendapatkan persetujuan pemegang saham," imbuh Heru.
Secara regulasi, rencana merger ini diperkirakan juga akan berjalan mulus mengingat potensi hasil merger dua perusahaan beda segmen bisnis itu justru akan mendorong pertumbuhan ekonomi igital di Tanah Air. Lebih dari itu, entitas baru dari hasil konsolidasi Gojek-Tokopedia akan mampu memberikan pengalaman lebih baik bagi pengguna layanan digital di Indonesia.
Dan, karena kedua perusahaan berada di segmen bisnis yang tidak sejenis, merger juga akan menciptakan biaya konsolidasi yang lebih efisien dengan dampak ekonomi cukup besar.
Jadi, kata Heru, merger Gojek-Tokopedia merupakan langkah strategis yang akan menguntungkan banyak pihak, terutama untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia akibat Covid-19.
J.P. Morgan Sekuritas Indonesia dalam risetnya pada Desember tahun lalu menyebutkan, ekonomi digital Indonesia saat ini berada di kisaran US$ 50 miliar. Angka ini setara dengan 5% GDP (gross domestic product), dan kurang dari 10% kapitalisasi pasar modal.
JP Morgan juga menyatakan prospek bisnis digital yang kian membesar telah mendorong raksasa-raksasa teknologi di Amerika Serikat terus menambah investasinya di Indonesia. Sebut saja, misalnya Microsoft yang menyuntik dana ke Bukalapak dan Google yang berinvestasi di Tokopedia.
Sebelumnya, seperti dikutip dari Bloomberg, isu merger Gojek dan Tokopedia mencuat persis menjelang rencana IPO bersama mereka di Bursa Saham Amerika Serikat dan Indonesia. Sumber itu menginformasikan bahwa penandatangan nota kesepahaman bahkan sudah dilakukan kedua startup raksasa itu.
Rencana merger ini sebenarnya sudah pernah dibahas oleh Gojek dan Tokopedia tahun 2018. “Saat ini keduanya tengah membahas potensi sinergi di antara kedua perusahaan. Mereka berharap dapat secepat mungkin menuntaskan perjanjian kerja sama itu,” ungkap sumber tadi.
Selanjutnya: Ini kabar terbaru merger Gojek dan Tokopedia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News