Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Roeslani buka suara soal skema pendanaan untuk 6 proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG) senilai Rp 164 triliun.
Sebelumnya, pada Selasa (22//7/2025) Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional sekaligus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah mengajukan 6 proyek DME tersebut kepada Danantara.
Keenamnya, masuk dalam 18 daftar proyek hilirisasi dengan total investasi sebesar US$ 38,63 miliar, atau setara dengan Rp 618,3 triliun.
Baca Juga: Bakal Dibangun di Indonesia, 17 Kilang Minyak Disiapkan untuk Tampung Impor Minyak AS
Terkait pendanaan, Rosan bilang, proyek DME tidak hanya bergantung pada BUMN maupun Danantara. Ia membuka peluang masuknya perusahaan swasta, untuk mendukung program ini.
"Investasi itu bisa dilakukan baik melalui BUMN yang ada, ataupun melalui Danantara, investasi secara langsung, atau kombinasi dua-duanya. Atau, kita tambahkan lagi, kita ajak juga dunia usaha lainnya," ungkap Rosan usai Konferensi Pers Realisasi Investasi Triwulan II, di kantornya, Selasa (29/7).
Meski begitu, pria yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi ini bilang, proyek DME yang diajukan bahlil baru berada pada tahap pra-feasibility study (FS) atau studi kelayakan. Sehingga diperlukan evaluasi lebih lanjut.
"Oke, ini kan baru, ini baru pra-FS-nya. Baru aja minggu lalu, ya. Kita kan akan melakukan evaluasi secara keseluruhan, secara komprehensif," tambahnya.
Rosan menambahkan, Danantara akan menghitung semua risiko dari proyek-proyek hilirisasi yang dipilih, termasuk kelanjutan dari proyek DME.
"Kami tidak mau mengambil risiko untuk melakukan ini setengah-setengah. Dalam segala bidang, kita nggak mau. Ini benar-benar secara proper, secara benar semua lah prosesnya," ungkapnya.
Baca Juga: Menilik Proyek Pasir Besi di Papua Rp 19 Triliun yang Diajukan ESDM ke Danantara
Asal tahu saja, sebelumnya, Bahlil sempat menyebut khusus proyek DME dapat berupa proyek baru maupun meneruskan proyek yang sudah ada, contohnya proyek DME batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Muara Enim, Sumatra Selatan.
"Proyek baru yang dimasukkan itu adalah proyek yang belum dijalankan. Akan tetapi, kalau yang sudah dikaji, memang kajiannya butuh waktu yang lama,” kata Bahlil pekan lalu.
Adapun, khusus DME, target pembangunan proyek tersebar di enam daerah potensial Indonesia, dengan daftar sebagai berikut:
(A) Bulungan, Kalimantan Utara
(B) Kutai Timur, Kalimantan Timur
(C) Kota Baru, Kalimantan Selatan
(D) Muara Enim, Sumatra Selatan
(E) Pali, Sumatera Selatan
(F) Banyuasin, Sumatera Selatan
Selanjutnya: Daftar 5 Aplikasi Crypto dengan Fitur Terlengkap
Menarik Dibaca: Gempa Rusia 8,7 M, BMKG Rilis Peringatan Dini Siaga Tsunami di Daerah Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News