kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.090.000   -8.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.601   47,00   0,28%
  • IDX 8.026   17,67   0,22%
  • KOMPAS100 1.119   2,98   0,27%
  • LQ45 809   -0,06   -0,01%
  • ISSI 277   1,32   0,48%
  • IDX30 421   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 482   -0,39   -0,08%
  • IDX80 123   0,18   0,15%
  • IDXV30 132   0,18   0,13%
  • IDXQ30 134   -0,21   -0,16%

RI Tekan Tarif Ekspor ke AS Jadi 0%, CPO hingga Tekstil Diupayakan Masuk Daftar


Minggu, 20 Juli 2025 / 17:05 WIB
RI Tekan Tarif Ekspor ke AS Jadi 0%, CPO hingga Tekstil Diupayakan Masuk Daftar
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia terus melanjutkan upaya untuk menekan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) menjadi 0% bagi sejumlah komoditas unggulan. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus melanjutkan upaya untuk menekan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) menjadi 0% bagi sejumlah komoditas unggulan.

Saat ini, Indonesia telah berhasil menurunkan tarif tambahan dari 32% menjadi 19% untuk seluruh produk ekspor yang masuk ke pasar AS.

Baca Juga: Menakar Dampak Tarif Resiprokal AS dan IEU-CEPA Bagi Industri Tekstil Nasional

Menjelang batas akhir penetapan tarif pada 1 Agustus 2025, pemerintah masih mengupayakan penurunan tarif lanjutan, khususnya untuk komoditas seperti kelapa sawit mentah (CPO), kopi, kakao, dan nikel produk yang dinilai sangat dibutuhkan oleh pasar AS.

Daftar komoditas yang diusulkan mendapat tarif preferensial ini juga masih terbuka untuk ditambah sebelum secara resmi diajukan kepada otoritas perdagangan AS.

Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Didit Ratam menyarankan, agar pemerintah turut memperjuangkan produk-produk padat karya dalam negosiasi tersebut.

“Produk dari industri padat karya seperti garmen, tekstil, alas kaki, dan furnitur sebaiknya ikut dipertimbangkan,” kata Didit kepada Kontan.co.id, Minggu (20/7).

Didit mengakui bahwa tarif yang akan dikenakan AS terhadap produk Indonesia saat ini relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara pesaing. Hal ini memberikan angin segar bagi pelaku usaha dalam negeri.

Namun demikian, ia berharap negosiasi yang dilakukan pemerintah bisa menghasilkan tarif yang lebih rendah lagi.

Baca Juga: Soal Tarif Impor AS 19%, Apindo: Masih Ada Ruang Jaga Daya Saing Ekspor

“Agar dapat mengompensasi berbagai biaya produksi di Indonesia yang cenderung lebih tinggi,” jelasnya.

Meski optimistis dengan strategi negosiasi pemerintah, Didit mengingatkan agar Indonesia tidak kembali menawarkan komitmen impor dalam jumlah besar sebagai bagian dari kesepakatan dagang.

“Komitmen impor tambahan sebaiknya menjadi opsi terakhir, karena yang sudah disampaikan saat ini sebenarnya sudah cukup fair,” tegas Didit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×