kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

RI Tekan Tarif Ekspor ke AS Jadi 0%, CPO hingga Tekstil Diupayakan Masuk Daftar


Minggu, 20 Juli 2025 / 17:05 WIB
RI Tekan Tarif Ekspor ke AS Jadi 0%, CPO hingga Tekstil Diupayakan Masuk Daftar
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia terus melanjutkan upaya untuk menekan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) menjadi 0% bagi sejumlah komoditas unggulan. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus melanjutkan upaya untuk menekan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) menjadi 0% bagi sejumlah komoditas unggulan.

Saat ini, Indonesia telah berhasil menurunkan tarif tambahan dari 32% menjadi 19% untuk seluruh produk ekspor yang masuk ke pasar AS.

Baca Juga: Menakar Dampak Tarif Resiprokal AS dan IEU-CEPA Bagi Industri Tekstil Nasional

Menjelang batas akhir penetapan tarif pada 1 Agustus 2025, pemerintah masih mengupayakan penurunan tarif lanjutan, khususnya untuk komoditas seperti kelapa sawit mentah (CPO), kopi, kakao, dan nikel produk yang dinilai sangat dibutuhkan oleh pasar AS.

Daftar komoditas yang diusulkan mendapat tarif preferensial ini juga masih terbuka untuk ditambah sebelum secara resmi diajukan kepada otoritas perdagangan AS.

Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Didit Ratam menyarankan, agar pemerintah turut memperjuangkan produk-produk padat karya dalam negosiasi tersebut.

“Produk dari industri padat karya seperti garmen, tekstil, alas kaki, dan furnitur sebaiknya ikut dipertimbangkan,” kata Didit kepada Kontan.co.id, Minggu (20/7).

Didit mengakui bahwa tarif yang akan dikenakan AS terhadap produk Indonesia saat ini relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara pesaing. Hal ini memberikan angin segar bagi pelaku usaha dalam negeri.

Namun demikian, ia berharap negosiasi yang dilakukan pemerintah bisa menghasilkan tarif yang lebih rendah lagi.

Baca Juga: Soal Tarif Impor AS 19%, Apindo: Masih Ada Ruang Jaga Daya Saing Ekspor

“Agar dapat mengompensasi berbagai biaya produksi di Indonesia yang cenderung lebih tinggi,” jelasnya.

Meski optimistis dengan strategi negosiasi pemerintah, Didit mengingatkan agar Indonesia tidak kembali menawarkan komitmen impor dalam jumlah besar sebagai bagian dari kesepakatan dagang.

“Komitmen impor tambahan sebaiknya menjadi opsi terakhir, karena yang sudah disampaikan saat ini sebenarnya sudah cukup fair,” tegas Didit.

Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Minus 0,52Persen, Hari Ini Kemana? (20/7)

Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×