Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas investasi real estat komersial di Asia Pasifik mengalami penurunan sebesar 30% secara tahunan pada kuartal pertama 2023. Menurut data dan analisis dari perusahaan konsultan real estate global JLL (JLL), investasi di wilayah ini mencapai US$ 27 miliar di kuartal pertama.
“Kondisi pasar saat ini masih menantang dan para investor melihat bahwa dengan diperketatnya standar pinjaman akan menambah ketidakpastian di pasar real estate komersial,” kata Stuart Crow, CEO, Capital Markets, Asia Pacific, JLL dalam keterangan resmi, Jumat (9/6).
Namun, kondisi Asia Pasifik akan tetap aman dan kami yakin bahwa risiko likuiditas masih terkendali dengan baik di kawasan ini, serta dimulainya kembali aktivitas investasi hanya tinggal menunggu waktu.
Jepang mengungguli wilayah lainnya dengan catatan investasi sebesar US$ 8,9 miliar pada kuartal pertama, naik 4,7% secara tahunan, yang didorong oleh lonjakan penjualan kantor oleh perusahaan-perusahaan Jepang dan aktivitas akuisisi oleh J-REITs.
Baca Juga: LPKR Meluncurkan Agenda Keberlanjutan 2030, Tingkatkan Standar Kinerja ESG
Sebaliknya, Australia mencatat transaksi senilai US$ 3,7 miliar, yang turun 26% secara tahunan melanjutkan dampak dari pola kerja hybrid.
Volume investasi China mencapai US$ 6,9 miliar pada kuartal pertama, turun 17% secara tahunan, dengan aktivitas yang terbatas di luar Shanghai. Sementara itu, transaksi di Hong Kong menunjukan angka kenaikan sedang menjadi US$ 1,6 miliar karena mayoritas transaksi yang tercatat merupakan transaksi swasta skala kecil dan menengah.
Demikian pula di Singapura, volume investasi turun 67% secara tahunan menjadi US$ 1,9 miliar, dari angka basis sebelumnya yang tinggi. Hal ini dikarenakan terbatasnya aktivitas di sektor perkantoran dan ritel.
Selain itu, investasi pasar perkantoran juga turun menjadi US$ 12,7 miliar dari US$ 17,3 miliar pada tahun sebelumnya.
“Hal ini menjadikan kuartal ini menjadi salah satu kuartal terlemah sepanjang sejarah di sektor perkantoran seiring dengan tekanan suku bunga dan penentuan harga aset yang berdampak pada perdagangan,” ungkapnya.
Demikian pula, volume di sektor logistik dan industrial turun sebesar 24% secara tahunan karena jumlah transaksi yang bernilai lebih dari US$ 100 juta berkurang, seiring dengan dimulainya siklus baru penentuan harga dan tantangan pendanaan.
Aktivitas investasi di sektor ritel juga terpantau masih sepi dengan catatan pembukuan hanya US$ 5,3 miliar pada kuartal pertama tahun 2023. Angka ini di bawah rata-rata triwulanan lima tahun terakhir sebesar US$ 7,5 miliar.
Pada kuartal pertama tahun ini, sebagian besar transaksi pusat perbelanjaan skala besar menghilang di wilayah tersebut,” tandasnya.
Baca Juga: Prospek Positif Industri Semen Dukung Ketahanan Ekonomi Indonesia yang Solid
Kemudian, JLL juga merinci investasi di pasar perhotelan Asia Pasifik mencapai US$ 2,4 miliar pada kuartal ini, atau turun 30% dari periode yang sama tahun sebelumnya,meskipun ada pertumbuhan aktivitas di pasar tersebut dan adanya sentimen dari pengaruh makro ekonomi.
"Kami tidak mengantisipasi perubahan harga ke level yang tepat, walaupun zona Asia Pasifik tertinggal dalam siklus penyesuaian harga pada saat ini. Kami berharap tingkat penyesuaian harga akan mencapai puncaknya di kuartal kedua,“ tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News