Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rumahsakit Pondok Indah (RSPI) Group mencatat pertumbuhan bisnis dobel digit sepanjang tahun 2017 lalu. Melihat hasil tersebut, manajemen rumahsakit inipun bersiap ekspansi bisnis.
Menurut Yanwar Hadiyanto, Chief Executive Officer RSPI Group, pada tahun ini pihaknya berencana menambah satu rumahsakit anyar lagi. Sehingga total rumahsakit yang tergabung dalam RSPI Group menjadi empat rumahsakit. "Kami tengah mempersiapkan rumahsakit keempat di Jabodetabek. Tapi masih pembicaraan awal dan terlalu awal untuk di share," katanya ke KONTAN, Senin (15/1).
Yang jelas untuk membangun rumahsakit keempat ini pihaknya bakal mengeluarkan dana lebih efisien ketimbang proyek sebelumnya. Ini berkaca dari pengalaman rumahsakit ini dalam membangun tiga rumahsakit sebelumnya.
Artinya, dana yang bakal RSPI Group gelontorkan bisa lebih sedikit dari proyek sebelumnya. Asal tahu saja, rumahsakit ini di akhir tahun lalu baru saja meresmikan rumahsakit ketiga yakni RS Pondok Indah Bintaro Jaya. Rumahsakit ini menelan investasi Rp 500 miliar.
Setelah rencana tambahan rumahsakit, Yanwar juga sudah menargetkan pertumbuhan pendapatan pada tahun ini juga bisa tembus 10%. Untuk mencapai target tersebut, manajemen rumahsakit ini bakal mengoptimalkan layanan kepada pasien. Sebab rumahsakit ini tengah berupaya membangun loyalitas konsumen.
Jadi bila ada persoalan masalah kesehatan bakal langsung menuju ke RSPI Group. "Dari sisi fasilitas kesehatan kami tidak akan upgrade, tapi dari sisi layanan itulah yang penting. Upgrade service never ending journey," paparnya lebih lanjut.
Agar layanan optimal, Yanwar meminta para dokter yang merangkap jabatan menjadi manajemen rumahsakit untuk tidak lagi praktik. Supaya si dokter lebih fokus mengurus manajemen rumahsakit dan dokter yang praktik pun juga makin fokus melayani pasien.
Langkah lainnya yang bakal dilakukan tahun ini adalah membuat layanan aplikasi RSPI mobile. Supaya konsumen atau pasien bisa berinteraksi dengan dokter, bagian administrasi hingga tahap proses pembayaran yang cukup lewat gadget. "Kami akan luncurkan aplikasi mobile tersebut di kuartal pertama tahun ini," tandasnya.
Hingga saat ini tingkat keterisian RSPI rata-rata mencapai 70%. Ia sendiri mengharapkan bisa terjadi lonjakan tingkat okupansi lewat strategi tersebut. Sebab idealnya, tingkat okupansi rumahsakit itu berada di level 80%.
Memang, bisnis rumahsakit tidak harus kamar penuh. Sebab pihak rumahsakit juga harus menyediakan kamar cadangan. Seperti untuk ICU, kamar infeksi atau kamar isolasi. Belum lagi persiapan untuk kamar pasien yang akan operasi besok harinya. "Jadi bisnis rumahsakit itu tidak bisa penuh tingkat okupansinya," tuturnya.
Supaya target tercapai, RSPI Group sudah membuat target pasar bagi keempat rumahsakit yang bergabung dalam perusahaan tersebut, yakni menyasar segmen menengah ke atas. Menurut Yanwar, rumahsakit harus bisa memilih target pasar dengan jelas dan tepat dan tidak bisa berada di tengah-tengah. Seperti menyasar segmen menengah atas, tapi juga menengah ke bawah.
Nah, untuk menyasar segmen pasar menengah ke bawah, rumahsakit ini sudah punya agenda, yakni menambah jumlah rumahsakit yang bisa menampung pasien BPJS Kesehatan.
Berbeda dengan proyek pembangunan rumahsakit keempat, untuk membidik target segmen menengah bawah tersebut, RSPI Group berencana mengakuisis rumahsakit yang sudah beroperasi karena prosesnya lebih cepat. "Kalau bangun sendiri butuh waktu," timpalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News