Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Transnusa Aviation Mandiri mengubah strategi bisnis. Maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat berbadan sedang ini tengah berusaha menambah porsi penerbangan carter alias sewa dan mengurangi porsi penerbangan berjadwal.
Bukan tanpa sebab Transnusa menerapkan strategi itu. Di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dollar yang masih berlanjut, pendapatan dalam dollar dirasakan lebih menguntungkan.
Selain memberikan jaminan masa kontrak, transaksi pembayaran penerbangan sewa menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Hal ini berbeda dengan transaksi pembayaran penerbangan berjadwal yang menggunakan rupiah. "Ini sebagai solusi untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan yang terdampak depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar," ujar Bayu Sutanto, Managing Director Transnusa Aviation Mandiri kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Target maskapai penerbangan itu adalah mengerek porsi frekuensi penerbangan sewa dari semula 20% menjadi 35%. Dus, target porsi penerbangan berjadwal dari yang semula 80% ingin dikurangi porsinya menjadi 65% saja.
Demi mendukung target itu, Transnusa membeli dua armada pesawat. "Tahun ini kami alokasikan US$ 25 juta untuk dua armada dan biaya spare part," ungkap Bayu.
Perincian dua pesawat itu adalah, pertama, pesawat berjenis ART 42-600 asal Prancis yang dibeli seharga US$ 18 juta. Rencananya, pesawat yang telah tiba awal pekan lalu itu untuk melayani kontrak sewa dengan perusahaan minyak dan gas (migas) mulai November 2014 nanti. Rute penerbangannya, dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta menuju ke Matak, Kepulauan Natuna.
Kedua, pesawat berjenis Fokker 70 dengan harga US$ 4 juta-US$ 5 juta. Kalau tak meleset, pesawat itu akan datang pada Desember 2014. Transnusa berencana menggunakan pesawat bekas Vietnam Airlines itu untuk melayani kontrak sewa dengan PT Chevron Indonesia dari bandara Halim Perdanakusuma menuju ke Dumai, Riau.
Transnusa optimistis tahun ini masih bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 15%-20% dari 2013. Sayang, maskapai penerbangan itu mau blakblakan nominalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News