kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Makin Melemah, Ini Dampaknya ke Industri Manufaktur


Rabu, 12 Oktober 2022 / 18:39 WIB
Rupiah Makin Melemah, Ini Dampaknya ke Industri Manufaktur
ILUSTRASI. rupiah dalam tren pelemahan


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kian melemah. Kini,kurs rupiah bertengger di atas level Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat (AS).

Rabu (12/10), rupiah spot ditutup naik tipis 0,007% ke Rp 15.357 per dolar AS dan rupiah Jisdor berada di level Rp 15.373 per dolar AS. Itu jadi level terburuk rupiah Jisdor sejak 29 April 2020.

Tren pelemahan nilai tukar rupiah ini juga berdampak pada industri manufaktur dalam negeri. Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menyatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah dapat memberikan tekanan terhadap margin sejumlah industri manufaktur.

Di mana, efek paling jelas terlihat dari biaya yang produksi naik seiring melemahnya mata uang Garuda tersebut.

Benny bilang, industri manufaktur yang masih membayar bahan baku menggunakan dolar AS, dan menjual produk di dalam negeri dengan mata uang rupiah adalah yang paling terdampak.

Baca Juga: Terburuk Sejak April 2020, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.373 Per Dolar AS Hari Ini

"Sedangkan untuk menaikkan harga jual dalam negeri, masih mengalami kendala karena daya beli masyarakat yang belum meningkat," ungkap Benny saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (12/10).

Namun, Benny tidak bisa mengukur secara detail berapa rata-rata porsi beban bahan baku impor terhadap total beban bahan baku, lantaran setiap industri punya porsi yang bervariasi.

Namun, secara garis besar, beban bahan baku itu bisa memakan 60%-65% dari total biaya produksi yang dikeluarkan industri.

Untuk meminimalisir dampak pelemahan rupiah, Benny bilang, menaikkan harga jual secara bertahap memang bisa menjadi salah satu opsi yang dilakukan. Namun, hal ini mesti dilakukan sedikit demi sedikit, mengingat daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

Selain itu, Benny juga menyarankan para pelaku usaha untuk melakukan efisiensi biaya-biaya umum, seperti pengurangan biaya entertainment. "Juga mengurangi biaya-biaya umum yang bisa dikurangi, kalau untuk hedging biayanya masih mahal," tuturnya.

Baca Juga: Ekonom Prediksi Rupiah Kembali Stabil pada 2023

Apindo menegaskan bahwa para pelaku usaha tentunya akan selalu berupaya mencari jalan keluar dari segala hantaman yang dapat berdampak buruk pada laju bisnisnya.

Namun tidak menutup kemungkinan akan ada perusahaan yang mesti menutup usahanya apabila sudah tidak mampu lagi menghadapi beragam tekanan tersebut.

"Pengusaha akan selalu mencari jalan keluar dari tekanan-tekanan keadaan seperti ini, karena lembaga keuangan juga tidak akan menurunkan suku pinjaman modal kerja, malah sebaliknya dan PPN barang sudah ditetapkan menjadi 11% dari 10% sebelumnya," pungkas Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×