Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Packaging Federation (IPF) sebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS memberikan efek ganda. Bak sudah jatuh tertimpa tangga untuk pebisnis kemasan.
Business Development Director Indonesia Packaging Federation (IPF) Ariana Susanti menjelaskan bahwa hal tersebut jelas akan menaikkan harga bahan baku yang sebagian besar masih impor.
"Jelas kenaikan harga akan terjadi. Fluktuasi nilai rupiah sangat berpengaruh terhadap industri dalam negeri," jelasnya kepada Kontan, Senin (15/4).
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah pada Perdagangan Selasa (16/4), Simak Sentimennya
Lebih jauh ia menjelaskan, impor bahan baku telah mengalami penurunan sekitar 20% sejak kuarta III 2023 dan kenaikannya melambat hingga saat ini karena banyak kemunculan pemain, brand (jenama) baru serta beban pendanaan (cost pressure).
Tak hanya itu, ada perubahan (shifting) dan disrupsi dari e-commere juga mempengaruhi kondisi pasar kemasan saat ini. Menurut Ariana, tidak semua pasokan kemasan akan menurun, tergantung produk. Namun kenaikan harga bahan baku, otomatis akan membuat pemilik brand menaikkan harga produk yang secara tak langsung mempengaruhi daya beli konsumen.
"Saat ini harga kebutuhan pokok naik, maka hal tersebut juga akan mempengaruhi daya beli masyarakat juga," sambungnya.
Baca Juga: Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS Berdampak ke Pengusaha Ekspor dan Impor
Ariana juga menyoroti beban yang ada pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 3 Tahun 2024 terkait pengaturan impor juga berdampak pada penurunan impor bahan baku kemasan. Sebab, beleid ini tidak memuat harmonisasi HS Code impor material, sehingga banyak material yang seharusnya memang belum diproduksi di dalam negeri dan perlu impor jadi bermasalah.
"Jadi dapat dikatakan, kondisi pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS di titik Rp16.000 ini, membuat kami dalam kondisi sudah jatuh tertimpa tangga," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News