Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) akan fokus membidik sektor pendukung transisi energi dalam jangka waktu pendek hingga panjang. Manajemen Saratoga melihat prospek di sektor ini menjanjikan lantaran tren dunia dan Indonesia semakin kuat mengarah ke penggunaan energi bersih.
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya, Devin Wirawan menjelaskan salah satu fokus sektor yang akan dibidik Saratoga ke depannya adalah sektor renewable.
Saat ini Saratoga telah memiliki sejumlah portofolio di sejumlah perusahaan pendukung transisi energi dan pembangkit hijau.
Sebut saja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang masing-masing telah menjalankan inisiatif transformasi bisnis. Selain itu, Saratoga juga menyalurkan dana untuk perusahaan rintisan (startup) pengembang proyek tenaga surya, PT Xurya Daya Indonesia.
“Perubahan transformasi di Saratoga dan di anak usaha kami dilakukan secara holistik,” ujarnya di acara Saratoga Investment Summit, Kamis (26/1).
Baca Juga: Saratoga (SRTG) Bidik Bisnis Seksi di 2023, Intip Incaran Portfolionya
Devin memerinci agenda bisnis transformasi yang dilakukan oleh entitas groupnya.
Dia menjelaskan Adaro yang sebelumnya fokus bisnisnya di sektor batubara kini masuk ke sektor bisnis yang mendukung rantai pasok kendaraan listrik yakni pengembangan hilir aluminium melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
“Kami mendukung pembangunan smelter aluminium yang akan dipakai dengan bahan untuk pembuatan mobil listrik. Kami semua ini akan lakukan mendukung program pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan,” jelasnya.
Selain hilirisasi mineral, Saratoga juga mendukung proyek energi terbarukan yang dilaksanakan Adaro yakni pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Kalimantan Utara. Proyek pembangkit ini akan menunjang kebutuhan listrik smelter aluminium milik Kaltara Power Indonesia yang direncanakan sampai 2 juta ton.
Selain aluminium, Saratoga juga mendukung proyek smelter nikel yang dilakukan oleh unit bisnis MDKA yakni PT Merdeka Battery Materials (MBM). Devin mengungkapkan pada awal tahun ini Merdeka Battery Materials akan melakukan aksi korporasi initial public offering (IPO).
“Rencana IPO Merdeka Battery Materials targetnya masih di kuartal I 2023,” ungkapnya.
Tidak cuma nikel, ke depannya SRTG juga mengeksplorasi hilirisasi produk mineral lainnya. Namun sayang dia tidak bisa memerinci lebih jauh sektor mineral apa yang akan dijajaki dalam waktu dekat.
“Terus terang kami sedang eksplor semuanya, bauksit adalah salah satunya tapi kami belum bisa paparkan lebih lanjut,” kata Devin.
Di sektor pembangkit energi terbarukan, Saratoga memilih membenamkan duitnya ke perusahaan pembangkit surya khususnya yang membidik pasar commercial and industry (C&I) yakni PT Xurya Daya Indonesia.
Devin melihat PLTS yang fokus pada sektor komersial dan industri merupakan cara paling cepat untuk bertumbuh karena negosiasi dengan skema business to business (B2B) cenderung lebih cepat terealisasi.
“Cepat investasi kami di Xurya pada saat awal investasi baru 30 MW sekarang (realisasi) sudah 90 MW. Pertumbuhan sangat cepat,” ujarnya.
Baca Juga: Cek Daftar Lengkap LQ45 Teranyar, ACES, AKRA, ESSA, SCMA, SIDO, SRTG Masuk
Dalam catatan Kontan.co.id, di sepanjang 2023 Xurya membidik pertumbuhan kapasitas listrik surya yang terpasang tumbuh paling sedikit dua kali lipat dibandingkan pencapaian 2022.
Di sepanjang tahun lalu, startup lokal energi terbarukan ini memproduksi 589,71 juta (589.713.411) kWh energi bersih dari lebih dari 100 proyek instalasi PLTS Atap di Indonesia, dengan rincian 86 Proyek PLTS Atap yang telah beroperasi serta 32 proyek PLTS Atap lainnya yang masih dalam tahap konstruksi.
Investasi Untuk Jangka Panjang
Saratoga menyadari bahwa investasi di sektor terbarukan tidak bisa dinikmati keuntungannya dalam waktu dekat. Ada yang harus berinvestasi jangka menengah hingga panjang.
Dia mencontohkan, agenda bisnis Merdeka Copper Gold berupa hilirisasi nikel dan kerja sama dengan Contemporary Amperex Technology Co Limited (Brunp CATL) untuk pembuatan baterai kendaraan listrik akan memakan waktu panjang.
Baca Juga: AKRA hingga SRTG Bakal Ketiban Berkah Pasca Masuk LQ45
“Tetapi ini harus diinvestasikan dari sekarang, nanti hasilnya beberapa tahun ke depan. Transformasi tidak bisa dilakukan dalam waktu pendek,” terangnya.
Devin memaparkan lebih jauh, mekanisme Investasi yang dilakukan Saratoga bisa dilakukan secara langsung, bisa juga melalui anak usaha.
“Dari Saratoga sendiri kami menargetkan investasi US$ 100 juta hingga US$ 150 juta per tahun. Sedangkan anak usaha kami akan melakukan investasi berdasarkan masing-masing capex per kebutuhan,” ujarnya.
Devin bilang, cara kerja SRTG adalah berpartner dengan perusahaan yang cocok. Jika kinerja sesuai dengan target Saratoga pihaknya akan terus mendukung pendanaan bagi mereka.
“Kami akan investasikan ke perusahaan yang menghasilkan return ke pemegang saham. Target return 20% per tahun,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News