kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sawit Indonesia berharap pada Rusia


Minggu, 06 Agustus 2017 / 21:38 WIB
Sawit Indonesia berharap pada Rusia


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan menyambut baik kerja sama perdagangan Indonesia-Rusia. Langkah dinilai bisa diartikan tandingan dari kampanye negatif Eropa.

"Kerja sama dengan Rusia bisa meningkatkan promosi dan riset sehingga persepsi negatif terhadap sawit bisa berkurang," ujar Fadhil Kepada KONTAN, Minggu (6/8).

Ekspor sawit Indonesia ke Rusia juga terus berkembang dari tahun ke tahun. Pasar yang besar juga memperlihatkan Rusia sebagai pasar yang potensial. Fadhil pun menilai kebutuhan Rusia akan minyak sawit terus meningkat.

Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menerangkan minyak nabati produksi Eropa da Amerika terus memojokkan sawit. Hal tersebut dianggap sebagai persaingan bisnis oleh Sahat dalam perdagangan global. “Minyak nabati mereka akan selalu kalah persaingan dengan sawit,” terang Sahat (6/8).

Meski terus dipojokkan oleh Eropa dan Amerika, ekspor sawit Indonesia tidak memperlihatkan penurunan. Berdasarkan data GIMNI perkiraan ekspor 2017 akan naik 4,3% dari ekspor 2016. Pada 2016 total ekspor sawit Indonesia 26,57 juta ton, sedangkan target 2017 ekspor sawit sebesar 27,72 juta ton.

Sebelumnya telah ada kerjasama (Memorandum of Cooperation (MoC)) yang dilakukan antara Indonesia dan Rusia. Perjanjian tersebut ditandangani pada tanggal 3 Agustus 2017. Perjanjian tersebut berisi enam poin.

Enam poin tersebut untuk menyangkut perkembangan RIO Alliance. Pertama mempromosikan dan mengembangkan penjualan CPO Indonesia ke Rusia, kedua dibidang investasi yang terkait dengan minyak sawit. Ketiga adalah memfasilitasi kerjasama industri sehingga nilai tambah meningkat.

Keempat adalah untuk mengadakan evaluasi secara berkala mengenai pengembangan ekspor CPO. Kelima mengenai regulator sekaligus melakukan kampanye untuk menandingi kampanye negatif mengenai CPO yang dilakukan negara lain. Terakhir, membuat analisa pasar di Rusia dan negara bekas Uni Soviet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×