kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia-Rusia jalin kerja sama dagang sawit


Minggu, 06 Agustus 2017 / 21:11 WIB
Indonesia-Rusia jalin kerja sama dagang sawit


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Indonesia-Rusia mempererat jalinan kerja sama perdagangan khusus komoditas sawit. Kedua negara sepakat menandatangani memorandum of corporation (MoC) pada 3 Agustus lalu.

“Terdapat enam poin dalam perjanjian tersebut,” ujar Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) kepada KONTAN (6/8).

Enam poin tersebut untuk menyangkut perkembangan RIO Alliance. Pertama mempromosikan dan mengembangkan penjualan crude palm oil / CPO Indonesia ke Rusia, kedua dibidang investasi yang terkait dengan minyak sawit. Ketiga adalah memfasilitasi kerjasama industri sehingga nilai tambah meningkat.

Keempat adalah untuk mengadakan evaluasi secara berkala mengenai pengembangan ekspor CPO. Kelima mengenai regulator sekaligus melakukan kampanye untuk menandingi kampanye negatif mengenai CPO yang dilakukan negara lain. Terakhir, membuat analisa pasar di Rusia dan negara bekas Uni Soviet.

Sahat Menjelaskan berdasarkan perjanjian itu, nantinya setelah tiga bulan perjanjian tersebut berjalan akan dibentuk Russia-Indonesia Oil Alliance (RIO Alliance). RIO Alliance merupakan unit usaha berbadan hukum Rusia yang berkantor di Moscow, Rusia.

RIO Alliance nantinya akan berfungsi untuk memperluas pasar sawit Indonesia di Rusia dan Negara-negara bekas Uni Soviet. Hal tersebut dilakukan dalam rangka membuka pasar baru bagi ekspor sawit Indonesia. “Dalam hal sawit, Indonesia sudah harus berperilaku seperti pebisnis global,” terang Sahat.

Sahat menjelaskan pemilihan Rusia karena negara besar dengan penduduk banyak dan pendapatan per kapita yang juga besar. Hal tersebut dianggap sebagai faktor potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan bisnis sawitnya. Selain itu Sahat juga menjelaskan agar Indonesia harus masuk ke pasar sawit non-tradisional.

Target nantinya ekspor sawit Indonesia ke Rusia akan meningkat 8% per tahun. Sebelumnya pada tahun 2016 volume ekspor sawit Indonesia ke Rusia sebesar 658.000 ton. Sementara tahun 2017 target ekspor sawit sebesar 701.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×