kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.199   58,00   0,81%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,76   1,36%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,24   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,54   1,04%
  • IDX80 127   1,40   1,11%
  • IDXV30 134   0,16   0,12%
  • IDXQ30 149   1,66   1,12%

Sejumah Perusahaan Konglomerat Berlomba-Lomba Garap Bisnis PLTS


Kamis, 16 November 2023 / 18:53 WIB
Sejumah Perusahaan Konglomerat Berlomba-Lomba Garap Bisnis PLTS
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan sedang berlomba-lomba mengambil kue bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pelaku usaha besar dari lokal maupun internasional berlomba-lomba mengambil kue bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.

Maklum, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang signifikan lebih dari 3.600 Giga Watt (GW) di mana potensi surya lebih dari 3.200 GW, namun pemanfaatan saat ini hanya sekitar 200 Mega Watt. Maka itu, Indonesia perlu melakukan langkah percepatan untuk pemanfaatannya.

Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna menyatakan, saat ini sudah ada sinyal meningkatnya permintaan publik untuk pemasangan PLTS.

“Utamanya dari sektor komersil dan industri yang semakin tampak,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/11).

Direktur Eksekutif IESR yang juga Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa menyatakan pemanfaatan energi surya di Indonesia dapat tumbuh dengan sejumlah pertimbangan.

Pertama, PLTS adalah global fenomena dan merupakan pilihan utama bagi negara dan bisnis untuk melakukan dekarbonisasi.

Baca Juga: Ini Kendala Lelang Proyek PLTS milik PLN

"Dalam 5 tahun terakhir kapasitas PLTS secara global tumbuh pesat, di luar perkiraan pada analis dan perencana energi," ujar Fabby.

Kedua, sambung Fabby, PLTS merupakan pilihan teknologi yang paling rasional bagi Indonesia untuk mencapai dekarbonisasi di 2060 atau lebih awal. Hal ini didukung ketersediaan sumber daya yang mencapai 3300 GW, sifatnya yang modular dan cepat dipasang, dan harganya yang semakin terjangkau.

Melihat potensi ini, sejumlah perusahaan besar, baik itu lokal hingga internasional semakin serius menggarap bisnis PLTS di Indonesia.

Salah satu contohnya, perusahaan yang bergerak di sektor batubara yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) semakin dalam menggali ceruk pasar PLTS.

Presiden Direktur Adaro Power, Dharma Djojonegoro menceritakan, sejak 2018 Adaro  membangun PLTS atap dengan kapasitas 130 kWp di Kelanis, Kalimantan Tengah, untuk melayani kebutuhan listrik di area tambang Adaro.

Setelah berhasil dalam pembangunan dan pengoperasian PLTS atap 130 kWp, pihaknya  melakukan pengembangan dengan menambahkan kapasitas 468 kWp PLTS dengan sistem terapung (floating).

PLTS terapung di Kelanis ini menjadi PLTS terapung pertama terbesar di Indonesia. Estimasi produksi listrik sekitar 618 ribu kWh per tahun atau setara dengan pengurangan Emisi CO2 515 ton per tahun.

Tidak hanya itu, Dharma menjelaskan lebih lanjut melalui PT Adaro Clean Energy Indonesia, pihaknya menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya dalam pengembangan industrialisasi bisnis rantai pasok PLTS.

Baca Juga: PLN Rencanakan Penambahan Pembangkit EBT 75% di RUPTL Baru

Dalam catatan Kontan.co.id, PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru) telah menandatangani nota kesepahaman pengembangan energi terbarukan (EBT) serta rantai pasok Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM/Original Equipment Manufacturer).

Beberapa nama perusahaan yang terlibat antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co.,Ltd.

Tidak hanya perusahaan batubara, emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga tidak luput mencuil bisnis pembangkit surya.

Head of Corporate Communications Chandra Asri, Chrysanthi Tarigan menjelaskan, potensi bisnis PLTS cukup besar karena Indonesia berada di garis khatulistiwa sehingga disinari matahari sepanjang tahun. Dengan melimpahnya sinar matahari ini, ke depannya  pembangkit surya akan menjadi penopang pasokan energi bersih di Tanah Air.

“Chandra Asri untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui anak usahanya, Krakatau Daya Listrik (KDL),” ujarnya beberapa waktu lalu.

Pemerintah Indonesia telah memperkirakan potensi PLTS Terapung di dalam negeri mencapai 28.197,6 megawatt (MW) yang berasal dari 211 waduk sebesar 6.348,1 MW dan danau mencapai 21.849, 5 MW.

Dilihat dari sisi pasar, kesadaran masyarakat Indonesia dan sektor industri akan penggunaan EBT juga semakin besar.

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Optimis Kinerja akan Membaik, Ini Pendorongnya

“Dengan adanya potensi pengembangan dan juga market di Indonesia, maka Chandra Asri melalui anak usahanya Krakatau Daya Listrik akan terus mengembangkan proyek PLTS, termasuk PLTS terapung,” jelasnya.

Saat ini, Krakatau Daya Listrik (KDL) berencana memulai konstruksi proyek PLTS Terapung di Waduk Krenceng tahap satu pada 2024 dengan kapasitas 9,6 MWp dan berlanjut ke tahap berikutnya hingga total mencapai 32 MWp.

Setali tiga uang, Sinar Mas juga akan masuk ke industri PLTS dengan membangun pabrik sel dan panel surya di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman menyatakan Sinar Mas tidak hanya melakukan pengembangan produksi turunan minyak sawit, tetapi juga berkontribusi pengembangan energi surya.

“Pada akhir Agustus 2023 kami bermitra dengan PT PLN, PT Agro Surya Energi dan Trina Solar telah meletakkan batu pertama untuk pabrik sel dan panel surya terintegrasi pertama di Indonesia,” jelasnya dalam acara webinar Forum Dialog 85 Tahun Sinar Mas: Tren Inovasi & Peluang Energi Terbarukan, Kamis (14/9).

Pabrik dengan kapasitas produksi awal 1 gigawatt (GW) peak pertahun ini bernilai lebih dari US$ 100 juta ditargetkan beroperasi pada kuartal kedua atau tiga 2024.

“Tentunya pabrik ini akan meningkat terus kapasitasnya,” jelasnya.

Para pihak dalam kemitraan ini berencana meningkatkan kapasitas produksi pabrik hingga mencapai 3 gigawatt peak dalam 2-3 tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×