Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kinerja para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di kuartal I-2011 mengecewakan. Banyak KKKS gagal mencapai target produksi minyak. Alhasil, produksi minyak mentah nasional selama kuartal I-2011 meleset dari target APBN 2011.
Menurut Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), hingga Maret 2011 setidaknya ada 32 KKKS yang belum mencapai target. KKKS yang gagal mencapai target tersebut, antara lain Kodeco Energy Co. Ltd, Chevron Pacific Indonesia, ConocoPhilips Indonesia Ltd, PT Pertamina EP, Total E&P Indonesie dan, JOB Pertamina-Talisman, JOB Pertamina-Golden Spike Indonesia Ltd, CNOOC SES Ltd, PT Sele Raya, dan JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi Ltd.
Seharusnya, ke 32 KKKS itu mampu menghasilkan minyak sebesar 864.490 barel per hari (bph). Namun kenyataannya, pada tiga bulan pertama tahun ini, ke-32 KKKS tersebut hanya mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 793.946 bph. Dus, masih ada kekurangan produksi minyak sebesar 70.544 bph dari target APBN 2011.
"Akibatnya target produksi minyak sebesar 970.000 bph makin sulit tercapai. Kemungkinan tahun ini produksi 950.000 hingga 954.000 bph," kata Kepala BP Migas R. Priyono, Senin (16/5).
Dari 32 KKKS itu, yang produksinya meleset paling jauh dari target adalah Kodeco Energy Ltd. Berdasarkan data BP Migas, seharusnya produksi Kodeco pada kuartal I tahun ini sebesar 29.000 bph. Namun, produksi Kodeco hanya mencapai 16.372 bph.
Anjoknya produksi Kodeco ini ditengarai karena alotnya negosiasi perpanjangan Blok West Madura. Alotnya negosiasi itu memaksa Kodeco menghentikan kegiatannya, sehingga produksi anjlok hingga menjadi 14.000 bph.
Di luar kasus Kodeco, penyebab KKKS tidak mencapai target cukup beragam. Di antaranya banyak juga yang disebabkan penghentian operasi seketika (unplanned shutdown). Selama kuartal I-2011 misalnya, frekuensi unplanned shutdown tercatat hingga 140 kali. "Sekitar 63,7% di antaranya disebabkan oleh unplanned shutdown," kata dia.
Akibat unplanned shutdown, BP Migas menghitung kehilangan potensi produksi minyak sebesar 21.039 bph.
Kemudian ada juga yang dipicu offtaker dan proyek baru (JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang). Potensi kehilangan minyak dari kasus ini mencapai 5.419 bph. Selain itu juga karena adanya perpanjangan plan shutdown, seperti dari dari BP Berau yang mengakibatkan potensi kehilangan minyak sebesar 401 bph.
Faktor lain yang membuat para kontraktor gagal mencapai target adalah penundaan pengeboran sumur. Misalnya terjadi pada PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) mengalami kendala pada 45 sumurnya. Begitu juga dengan KKKS lain, seperti JOB PPEJ, Mobil Cepu Limited dan Vico. Umumnya mereka, kata Priyono, kesulitan dalam pembebasan lahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News