kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah perusahaan tambang batubara bersiap membangun industri hilir


Selasa, 19 Maret 2019 / 20:27 WIB
Sejumlah perusahaan tambang batubara bersiap membangun industri hilir


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah mendorong perusahaan batubara untuk melakukan hilirisasi salah satunya dengan melakukan gasifikasi batubara. Ada beberapa perusahaan batubara yang tertarik untuk melakukan hilirisasi batubara, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anggota indeks Kompas100, serta PT Adaro Energy Tbk (ADRO), anggota indeks Kompas100,. Namun dari ketiga emiten itu baru PTBA yang sudah memulai proyek hilirisasi.

Mengenai hal ini, Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, rencana hilirisasi dengan gasifikasi batubara bukanlah hal yang baru. Pihaknya tengah mempertimbangkan opsi untuk melakukan hilirisasi batubara. “Kami sedang melakukan studi kelayakan tentang opsi strategis penggunaan batubara sebagai bahan baku,” ungkapnya, Selasa (19/3).

Dalam catatan Kontan.co.id, Direktur Utama BUMI Saptari Hoedaja pernah mengungkapkan bahwa BUMI memiliki rencana untuk membangun kawasan industri dengan nama PT Batuta Chemical Industrian Park di Bengalon, Kalimantan Timur.

Dengan begitu, proyek hilirisasi gasifikasi batubara itu diharapkan mampu mengubah batubara menjadi methanol yang selanjutnya mengubah methanol mejadi fuel diesel. Proyek ini diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$ 2,5 miliar.

Namun, Dileep menegaskan saat ini BUMI masih mempertimbangkan opsi terbaik untuk melakukan hilirisasi. Sebagai informasi untuk tahun ini BUMI membidik produksi batubara sebesar 90 juta ton.

Sama halnya BUMI, PT Adaro Energy Tbk rupanya sudah lama menjajaki beberapa kemungkinan untuk mengembangkan berbagai bentuk hilirisasi batubara, tak terkecuali skema gasifikasi. Akan tetapi emiten berkode saham ADRO ini tak buru-buru mengambil langkah untuk merambah ke proyek hilirisasi batubara.

Head of Corporate Communications Adaro Energy Febriati Nadira mengungkapkan, ADRO mempelajari teknologi hilirisasi batubara yang kini terus berkembang. “Kami sedang mempelajari teknologi tersebut dari segi efektivitas,” ujarnya pada Kontan, Selasa (19/3).

Berbeda dengan BUMI dan ADRO yang masih mempelajari opsi terbaik untuk melakukan hilirisasi, PT Bukit Asam Tbk sudah memulai proyek hilirisasi batubara melalui gasifikasi batubara.

Kabar mengenai emiten berkode saham PTBA untuk membangun pabrik gasifikasi batubara bukanlah hal baru. Mereka sudah menggadang-gadang proyek ini dari beberapa tahun terakhir.

Hilirisasi melalui teknologi gasifikasi ini, batubara kalori rendah akan diolah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi. Teknologi ini bakal mengkonversi batubara muda menjadi syngas selanjutnya diproses menjadi dimethyl ether (DME) sebagai stubtitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polipropilen sebagai bahan baku plastik.

PTBA memiliki dua proyek pengembangan gasifikasi batubara, pertama akan dibangun di wilayah mulut tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan kedua di Peranap Riau. Beradasarkan berita Kontan, untuk membangun pabrik hilirisasi batubara sekaligus dengan kawasan zona ekonomi mereka membutuhkan US$ 1,2 miliar.

Kini mereka tengah mencari komposisi yang paling sesuai guna memenuhi pendanaan tersebut. Untuk pabrik yang berlokasi di Tanjung Enim mereka menggandeng Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical.

PTBA menargetkan pabrik gasifikasi batubara ini akan rampung pada 2022 dan mempu memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500.000 ton urea per tahun, 400.000 ton DME per tahun, serta 450.000 ton polipropilen per tahun.

Usai pabrik gasifikasi batubara ini berporduksi pada 2022 mendatang, maka impor LPG yang kini masih berada di kisaran 4,5 juta ton hingga 4,7 juta ton bisa berkurang 1 juta ton dari hasil produksi PTBA di Tanjung Enim ini.

Sementara untuk kebutuhan batubara sebagai bahan baku, PTBA perlu pasokan 5,2 juta ton batubara per tahun dan 1 juta ton batubara untuk kebutuhan listrik. Sehingga apabila ditotal mereka buth sekitar 6,2 juta ton batubara per tahun.

Sedangkan, Sekretaris PTBA Suherman menyampaikan rata-rata produksi mereka pada tahun ini sebesar 27,3 juta ton batubara. “Sedangkan untuk ekspor batubara pada tahun ini sebesar 14,7 juta ton,” ungkapnya pada Kontan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×