Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Direktur Utama PT Pertamina (persero) Karen Agustiawan memutuskan akan mengundurkan diri dari jabatannya pada 1 Oktober mendatang. Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan Karen akan melepas jabatannya yang telah diemban hampir enam tahun.
Setelah ini, Karen akan menjadi staf pengajar di Harvard University, Boston. "Beliau ingin urus diri sendiri, keluarga dan karir berikutnya dan beliau sudah diterima mengajar di Harvard, Boston,"kata Dahlan, Senin (18/8).
Dahlan mengaku tidak bisa menahan lagi keinginan Karen untuk mengundurkan diri. Mungkin setelah ini akan ada pejabat sementara atau Plt yang menggantikan.
Dahlan mengaku menyayangkan keputusan Karen tersebut. Pasalnya selama ini, Pertamina sering berganti Direksi. Padahal menurut Dahlan, perusahaan perlu adanya pembangunan corporate culture. Jika perusahaan sering berganti pimpinan tidak akan terbentuk corporate culture, padahal itu penting untuk kemajuan perushaan.
Asal tahu saja, Perempuan kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu merupakan wanita pertama yang memimpin Pertamina. Dia diangkat sebagai Dirut untuk menggantikan Ari H. Soemarno pada 2009. Setelah lulus dari ITB Bandung pada tahun 1983, Karen langsung memulai karir di industri migas di Mobiloil Indonesia. Di perusahaan migas itu, Karen Agustiawan menempati jabatan sebagai analis dan programmer pemetataan sistem eksplorasi (1984-1986) dan sebagai seismic processor dan quality controller untuk proyek seismik (1987-1988).
Mobiloil kemudian mengirim Karen ke Mobiloil Dallas, Amerika Serikat. Di Dallas, Karen Agustiawan bertindak sebagai seismic processor dan seismic interpreter untuk beberapa proyek di beberapa negara. Karen Agustiawan bekerja di Dallas dari tahun 1989 sampai tahun 1992.
Dua tahun di Amerika Serikat, Karen Agustiawan pulang ke Indonesia dan memulai kembali karirnya di Mobiloil Indonesia sebagai project leader di bagian eksplorasi. Tahun 1996, Karen Agustiawan keluar dari Mobiloil Indonesia. Mobiloil Indonesia akhirnya dikuisisi Exxon dan bergabung dengan ExxonMobil Oil Indonesia. Tahun 1998, Karen Agustiawan kembali bekerja, kali ini ia menjadi product manager G & G and data management applications di CGG Petrosystems Indonesia.
Tahun 2000, Karen diangkat menjadi business development manager untuk beberapa klien seperti ExxonMobil, Pertamina, BP Migas, dan Ditjen Migas Kementerian ESDM. Pengalaman berpuluh-puluh tahun itulah yang akhirnya menjadi alasan bagi Ari H. Soemarno, Dirut PT Pertamina ketika itu, menjadikannya sebagai staf ahli di Pertamina sejak akhir tahun 2006. Dua tahun kemudian, Karen Agustiawan diangkat menjadi direktur hulu Pertamina. Setahun kemudian, Karen memecahkan rekor sebagai pimpinan perempuan pertama Pertamina.
Karen juga sanggup membawa Pertamina kembali masuk dalam daftar 500 perusahaan yang mampu mencetak pendapatan terbesar di dunia atau diistilahkan Fortune Global 500. Pertamina yang berada di posisi 123 mengalahkan beberapa perusahaan dunia lain seperti PepsiCo yang ada di peringkat 137, Unilever yang ada di peringkat 140, Google yang ada di posisi 162 dan Caterpillar yang ada di peringkat 181.
Pada tahun fiskal 2013, Pertamina berhasil membukukan total pendapatan sebesar US$ 71,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat US$ 70,9 miliar. Laba bersih pada tahun 2013 meningkat 11% menjadi US$ 3,07 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,77 miliar, kendati masih mengalami rugi sebesar Rp 5,7 triliun pada Bisnis LPG non subsidi 12 kilogram (kg).
Dengan pencapaian ini, maka Pertamina berhasil mempertahankan kinerja keuangan yang positif dalam 5 tahun terakhir di mana laba bersih perusahaan meningkat hampir 97% dibandingkan laba tahun 2009 yang tercatat sebesar US$ 1,55 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News