Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melihat prospek bisnis yang besar pada program hilirisasi mineral di Indonesia. Selain sedang menggarap hilirisasi aluminium, perusahaan milik konglomerat Boy Thohir ini membuka peluang bekerja sama dengan perusahaan lain untuk menggarap produk turunan mineral lainnya.
Head of Corporate Communication Adaro Energy, Febriati Nadira menyatakan pihaknya akan terus mencari peluang untuk mendukung transisi energi.
“Kami akan senantiasa mencari peluang untuk pengembangan bisnisnya untuk mendukung ekonomi hijau,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/2).
Febrianti menegaskan Adaro tidak menutup kemungkinan akan berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dalam hilirisasi.
Baca Juga: Harga Batubara dalam Trend Melemah, Ini Kata Adaro Energy (ADRO)
Belum lama ini saat ditemui di acara Saratoga Investment Summit (SIS) 2023, CEO Adaro Energy, Garibaldi 'Boy' Thohir menyatakan dalam jangka pendek ini Adaro masih fokus mengeksekusi tambang batubara karena harga dan permintaannya yang bagus.
Setelah beroperasi selama 30 tahun di Indonesia, ke depannya ADRO akan fokus pada tiga pilar bisnis yakni Adaro Energy, Adaro Minerals, dan Adaro Green. Boy Thohir menyatakan di bisnis batubara sudah ditransformasi ke sektor mineral yakni aluminium. Bisnis aluminium ini dilakukan melalui anak usahanya PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Adaro minerals melakukan hilirisasi dengan membangun smelter aluminium yang merupakan rantai pasokan baterai kendaraan listrik di kawasan industri hijau di Kaltara. Diharapkan dapat mencapai operasi komersial di semester pertama tahun 2025 dan memproduksi aluminium sebanyak 500.000 TPS pada tahap awal.
Nantinya smelter ini akan dialiri listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga dapat diproduksi aluminium hijau (green aluminium).
“Kemudian nanti kita bisa kolaborasikan dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) bisa masuk ke nikel, ke tembaga, bisa masuk ke lain-lain,” ujarnya dalam acara tersebut.
Seperti diketahui saat ini MDKA melalui anak usahanya PT Merdeka Battery Materials (MBM) mengembangkan usaha industri hilirisasi pengolahan nikel dan material turunanya.
Dia menjelaskan lebih jauh bahwa terbukanya potensi kolaborasi ADRO dengan MDKA ini untuk memproduksi baterai hijau.
“Jadi konsepnya Adaro kan kalau pun nanti suatu saat, jangka pendek menengah kita bisa produksi aluminium mudah-mudahan bisa green aluminium. Terus nanti kerja sama dengan Merdeka atau pihak lagi bikin green battery,” jelasnya.
Transformasi bisnis ke sektor energi bersih inilah yang diincar ADRO ke depannya di mana pihaknya menjalankan tiga pilar bisnis yakni Adaro Energy, Adaro Minerals, dan Adaro Green.
Perihal Adaro Green, Boy memaparkan akan memperbesar bisnis ke pembangkit tenaga air, angin, solar, dan energi terbarukan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News