kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selama PPKM, permintaan kemasan berbahan polystyrene tumbuh hingga 5%


Rabu, 25 Agustus 2021 / 17:28 WIB
Selama PPKM, permintaan kemasan berbahan polystyrene tumbuh hingga 5%
ILUSTRASI. GoFood


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya pembatasan aktivitas di luar rumah dan larangan makan di restoran menyebabkan meningkatnya pesan antar makanan secara daring. Peningkatan tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap kemasan makanan khususnya berbahan PS (polystyrene). 

Maka dari itu, pihak industri harus menghadirkan kemasan makanan yang aman, higienis, dan ekonomis. Ditengarai, tren pesan antar makanan secara daring yang terjadi saat ini akan terus berlanjut pasca pandemi.

General Manager Indah Cup, Sutjipto mengatakan pembatasan aktivitas di luar rumah mengubah kebiasaan masyarakat dari yang terbiasa dine-in di restoran, menjadi takeaway atau pesan antar. 

"Hal ini menyebabkan permintaan kemasan makanan khususnya PS mengalami kenaikan yang cukup baik," jelasnya dalam acara  webinar program kelola dan daur ulang sampah keberlanjutan yang diusung oleh PT Trinseo Materials Indonesia didukung Kemasan Group, Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU), Selasa (24/8). 

Selama diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tercatat adanya kenaikan permintaan kemasan, baik primer maupun sekunder packaging yang diperkirakan sebesar 3% hingga 5% dibanding dengan PPKM sebelumnya. 

Baca Juga: Polytama Propindo akan kurangi ketergantungan impor polypropylene

Kemasan makanan PS dianggap efisien dan ekonomis dalam memenuhi bertambahnya permintaan yang cukup tinggi karena harga yang terjangkau serta keamanannya dalam menjaga makanan ketika diantar dari restoran ke pelanggan.

Selain efisien dan ekonomis, kemasan makanan PS dinilai efektif melindungi makanan yang diantar terhadap kontaminasi. Hal ini dilihat menjadi hal yang penting karena kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kehigienisan barang­-barang yang digunakan sehari­-hari sudah semakin tinggi, mulai dari penggunaan masker hingga alat makan dan kemasan makanan.

Naiknya permintaan pada kemasan tentu harus diimbangi dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. 

Uli Erni Iriani Nadeak, Managing Director dari Digital Waste Solution (DWS) menjelaskan  DWS sendiri merupakan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, keberlanjutan, dan berbasis digital 4.0 yang mengacu pada Perpres 97 tahun 2017.

Menurut Uli, kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah di Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk dapat ditingkatkan.

"Hal ini tentu dapat dimulai dari kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kelola dan daur ulang sampah. Kondisi pengelolaan sampah saat ini masih menghadapi kendala, antara lain sampah yang yang masih dibuang tidak pada tempatnya, sampah yang dibuang tidak terpilah dengan benar sehingga menyebabkan seringnya tidak terangkut," jelasnya. 

Dia menegaskan, cara mengelola sampah agar tidak berakhir mencemari lingkungan dengan mengelola dan memilah sampah dengan benar untuk kemudian didaur ulang.

Selanjutnya: Wings Group menyebut penjualan kopi kemasan tetap stabil saat pandemi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×