kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sepanjang 2017, industri farmasi hanya mencatatkan pertumbuhan 6,85%


Selasa, 20 Maret 2018 / 13:01 WIB
Sepanjang 2017, industri farmasi hanya mencatatkan pertumbuhan 6,85%


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri farmasi dianggap telah memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pasalnya, sepanjang tahun 2017 kemarin hampir semua lini bisnis farmasi mengalami pertumbuhan positif.

Menurut catatan Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, pada tahun 2017, industri farmasi, obat kimia dan tradisional tumbuh 6,85%. Investasi di Industri ini melonjak hingga 35,65% atau Rp 5,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

"Pada dasarnya Indonesia punya potensi besar dalam mengembangkan sektor ini," sebut Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum GP Farmasi Indonesia dalam Konferensi Pers yang berlangsung di Jakarta, Selasa (20/3). Tinggal bagaimana industri, kata Suhendra, dapat memacu produksi dan berinovasi dalam pengembangan risetnya.

Sebenarnya hasil raihan single digit ini sudah sesuai prediksi GP Farmasi, di mana di tahun-tahun sebelumnya industri ini mampu meraih pertumbuhan hingga double digit. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor di tingkat global yang mempengaruhi bisnis farmasi secara umum.

Ketua Litbang GP Farmasi Indonesia Vincent Harijanto mengatakan, setidaknya ada dua persoalan yang bakal dihadapi pelaku bisnis farmasi tahun 2018 ini. Pertama soal peraturan proteksi lingkungan yang dilakukan pemerintah China menekan produksi bahan baku obat. Kedua, karena bahan baku banyak yang impor dari China, mata uang yuan yang menguat terhadap dollar AS mempengaruhi harga bahan baku tersebut.

China diketahui melakukan environmental protection terhadap industri kimia, dengan standar yang ketat pabrikan yang dianggap tidak layak beroperasi dipaksa tutup. Hal ini menyebabkan pasokan bahan baku menjadi semakin berkurang.

Sementara itu, bahan baku farmasi Indonesia kebanyakan diimpor dari China dengan menggunakan dollar AS. Mata uang yuan yang menguat terhadap dollar AS akhir-akhir ini melambungkan harga bahan baku. "Sedangkan 95% kebutuhan bahan baku obat saat ini masih impor," ujar Vincent.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×