Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menilai satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf kali ini telah mengambil langkah-langkah yg tepat melalui program-program di dalam pemulihan ekonomi nasional. Yang mana salah satu tujuan utama adalah menggerakkan perekonomian nasional dengan membantu penciptaan konsumsi masyarakat.
Asaki juga mendukung sepenuhnya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang telah disahkan. Asosiasi pun meyakini dengan penyederhanaan, sinkronisasi dan pemotongan regulasi-regulasi yang selama ini terkesan berbelit-belit, akan meningkatkan daya tarik dan membuat iklim investasi di Indonesia semakin baik dan menarik bagi Investor asing maupun domestik.
Sehingga melalui investasi baru tentunya akan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. "Apa yg telah diberikan Pemerintah untuk mendukung dan penguatan industri keramik selama setahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf sangat dirasakan manfaatnya," ujar Edy Suyanto, Ketua Umum Asaki kepada Kontan.co.id, Senin (19/10).
Baca Juga: Kata Sri Mulyani soal usulan pembebasan pajak mobil baru
Lebih lanjut, dia bilang, asosiasi juga mengapresiasi langkah-langkah kebijakan pemerintah khususnya untuk industri keramik melalui stimulus harga gas US$ 6 per mmbtu yang berlaku sejak 13 April 2020.
Hal tersebut dianggap sangat memberikan nilai penting bagi peningkatan daya saing industri keramik. Di tambah, pada akhir bulan Agustus 2020, terdapat pemberian Safeguard untuk produk keramik impor dari India dan Vietnam dimana diharapkan dalam mengerem angka pertumbuhan impor yang trennya meningkat terus signifikan.
"Kedua stimulus yang diberikan pemerintah telah memberikan dampak nyata dan positif dalam membantu percepatan pemulihan industri keramik yang mana per akhir September 2020 utilisasi kapasitas produksi nasional sudah bisa meningkat kembali ke angka 60%," urai Edy.
Seperti yang diketahui sebelumnya di awal pandemi yakni pertengahan Maret tingkat utilisasi produksi keramik nasional berada di kisaran 30%. Estimasi Asaki per akhir tahun ini tingkat utilisasi produksi nasional bisa kembali ke 65% seperti sebelum adanya pandemi.
Rasa optimisme Asaki juga datang dari pertumbuhan ekspor keramik pertama kali sejak tahun 2014. Menurut Edy, berdasarkan data BPS penjualan ekspor keramik Januari-Agustus 2020 menunjukkan kabar baik mampu meningkat 24% year on year (yoy).
Harapan Asaki ke depan hendaknya langkah pemerintah menggerakkan ekonomi dengan create demand harus disertai dengan kebijakan penguatan dan perlindungan Industri terutama berkaitan Impor. "Supaya jangan sampai yang menikmati demand atau pasar domestik adalah produk impor," tegas Edy.
Asaki pun telah meminta kepada Kementerian Perindustrian berupa dukungan seperti; persyaratan pengajuan SNI Impor diperketat, penerapan Minimum Import Price (MIP)sementara selama masa pandemi dimana MIP telah dilakukan negara Vietnam dan Filipina terhadap produk India dan Vietnam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Pandemi covid-19 menghambat laju pertumbuhan sektor manufaktur sepanjang tahun ini
Selain itu Asaki berharap ada Penetapan pelabuhan impor tertentu untuk produk keramik impor seperti di Dumai dan Bitung sebagai langkah antisipasi penerapan ODOL di tahun 2023. "Kenapa Asaki meminta dukungan diatas? Karena kami patut mengantisipasi produk impor keramik China dimana negara tersebut lebih cepat dan sudah pulih dari pandemi," kata Edy.
Selain itu Asaki mewaspadai peningkatan impor produk India sebagai langkah pengalihan negara tujuan ekspor tersebut yang tadinya ke negara Teluk dan Eropa dibelokkan ke Indonesia karena sejak Juli lalu negara-negara itu menerapkan kebijakan antidumping terhadap produksi India.
Selanjutnya: Setahun Jokowi-Ma'ruf Amin, Inaplas: Industri hilir petrokimia mulai diperhatikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News