Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto
Hal ini bakal dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi, menurunkan defisit transaksi berjalan, memperkuat struktur industri manufaktur dalam negeri, mendorong hilirisasi, menghasilkan produk substitusi impor, meningkatkan nilai ekspor, dan mengurangi angka pengangguran.
“Sesuai implementasi roadmap Making Indonesia 4.0, kami memprioritaskan pada lima sektor, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri elektronik, serta industri kimia,” sebutnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, sepanjang tahun 2019, industri manufaktur mampu memberikan kontribusi yang cukup signfikan terhadap capaian nilai investasi nasional.
Baca Juga: Pelaku usaha manufaktur tertekan lemahnya permintaan barang dalam dan luar negeri
Ini terlihat dari sumbangsih penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri sebesar Rp72,7 triliun atau 18,8% dari perolehan total PMDN yang berada di angka Rp 386,5 triliun.
Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) di sektor industri menyentuh Rp 143,3 triliun atau 33,8% dari perolehan total PMA yang mencapai Rp 423,1 triliun. Jadi, secara keseluruhan, sektor industri menggelontorkan dana hingga Rp 216 triliun atau berkontribusi 26,7% dari total realisasi investasi di Indonesia senilai Rp 809,6 triliun pada tahun lalu.
Adapun lima sektor manufaktur yang menyumbang nilai investasi paling besar pada tahun 2019, yaitu industri logam dasar dengan capaian Rp 58,3 triliun, kemudian diikuti industri makanan dan minuman Rp 54 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Rp 23,5 triliun, industri barang galian bukan logam Rp 10,7 triliun, serta industri kertas dan barang dari kertas Rp8,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News