Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar telah menegaskan Menteri ESDM akan menerbitkan surat keputusan guna memenuhi tuntutan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation untuk memperbesar saham Blok Mahakam menjadi 39%.
Padahal menurut Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi UGM sekaligus Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Menteri ESDM sebelumnya Sudirman Said justru akan menyerahkan sepenuhnya 100% saham Blok Mahakam kepada Pertamina, sekaligus sebagai operator tunggal Blok Mahakam.
Namun, secara Business to Business (B2B) Pertamina memutuskan untuk melakukan partnership dengan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, yang menawarkan saham Blok Mahakam maksimal 30%.
Berdasarkan kesepakatan B2B itulah, Menteri ESDM Sudirman Said kala itu memutuskan untuk membatasi porsi kepemilikan saham kedua Kontraktor Asing maksimal 30% pasca masa kontraknya berakhir pada akhir 2017.
Ironisnya, tidak hanya memperbesar kepemilikan saham saja hingga 39%, tetapi Menteri ESDM Ignasius Jonan juga menawarkan kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation untuk tetap mengelola Blok Mahakam sebagai operator. Alasan yang dikemukakan oleh Jonan adalah untuk menjamin tidak terjadi penurunan volume produksi pada saat dikelola oleh Pertamina.
"Alasan itu secara tersirat menunjukkan bahwa Jonan masih meragukan kemampuan Pertamina untuk mempertahankan volume produksi dalam mengoperasikan Blok Mahakam," tegas Fahmy dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9).
Menurutnya, secara teknis dan teknologi, kemampuan Pertamina dalam mengelola lapangan Migas di lepas pantai sebenarnya sudah tidak diragukan lagi. Selama ini Pertamina telah berhasil meningkatkan produksi di lapangan Migas Offshore North West Java, yang tingkat kompleksitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan Blok Mahakam.
Pertamina sebenarnya juga sudah mewaspadai potensi penurunan produksi Blok Mahakam selama masa transisi. Untuk menjaga produksi gas tetap di atas 1 miliar kaki kubik (bcf), Pertamina akan meningkatkan jumlah sumur pengeboran dari 6 hingga mencapai 19 sumur.
Pertamina bahkan telah menyiapkan dana sebesar US$ 180 juta atau sekitar Rp 2,34 triliun untuk membiayai pengeboran 19 sumur itu. Memang di awal pengambilalihan oleh Pertamina, produksi berpotensi mengalami penurunan. Namun, dengan dioperasikan 19 sumur itu, produksi gas akan kembali meningkat, yang diperkirakan bisa mencapai 1,6 bcf, pada tahun berikutnya.
"Tidak ada alasan bagi Menteri ESDM Ignasus Jonan untuk meragukan kemampuan Pertamina dalam mempertahankan volume produksi, pasca pengambil-alihan Blok Mahakam. Oleh karena itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan harus membatalkan rencana pemberian 39% saham Blok Mahakam kepada Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, cukup 30% saja seperti yang sudah diputuskan oleh Menteri Sudirman Said," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News