kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Shell dan BP-AKR Keluhkan Kuota Impor BBM Hanya Naik 10%


Rabu, 01 Oktober 2025 / 19:28 WIB
Shell dan BP-AKR Keluhkan Kuota Impor BBM Hanya Naik 10%
ILUSTRASI. Warga melintas di SPBU Shell di Jalan Gunung Sahari, Jakarta, Minggu (28/9/2025).


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pemain besar di bisnis ritel bahan bakar minyak (BBM), Shell Indonesia dan BP-AKR, mengeluhkan kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang hanya memberi tambahan kuota impor 10% di atas realisasi penjualan tahun lalu.

Pembatasan impor BBM ini dinilai tidak sebanding dengan peningkatan permintaan sekaligus mengganggu rencana ekspansi keduanya.

President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengungkapkan, kelangkaan bensin sudah dialami sejak Agustus 2025. Dari sekitar 200 SPBU Shell yang tersebar di Jawa, hampir seluruhnya mengalami stock out untuk produk bensin, sehingga hanya solar yang tersedia.

“Saat ini yang ada mungkin tidak ada sampai 10, hanya sekitar 5 SPBU yang kalau kami melihat besok malam mungkin juga sudah habis. Jadi memang kami benar-benar mengalami stock out, kelangkaan untuk BBM jenis bensin,” kata Ingrid dalam rapat dengan Komisi XII DPR, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga: Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina, Bagaimana dengan Shell dan BP?

Ingrid mengaku sudah mengajukan penambahan kuota impor BBM sejak Juni 2025. Namun, surat jawaban dari Wakil Menteri ESDM pada 17 Juli menyatakan kuota impor dibatasi maksimal 110% dari penjualan tahun 2024.

Kata Ingrid, Shell memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen dan juga Shell sebagai pemegang Izin Usaha Niaga Umum, juga selalu berkomitmen dalam memenuhi kewajiban. Termasuk juga investasi yang telah Shell keluarkan yang cukup besar.

"Ini bukan hanya dalam bentuk SPBU yang kami bangun di Indonesia. Tapi termasuk juga fasilitas penyimpanan atau terminal yang saat ini kami sedang beroperasikan di Gresik, di Jawa Timur," kata Ingrid.

Keluhan serupa disampaikan Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura. Menurutnya, pembatasan kuota impor membuat perusahaan harus menunda rencana ekspansi.

"Sedangkan kalau kita bicara di cap 110% Pak, kami ini kan ada rencana untuk buka 10 SPBU baru lagi Pak, sampai dengan akhir tahun. Apakah itu cukup? Tentunya belum. Harapan kami kalau misalnya kami ada peningkatan dari tahun ke tahun itu pastinya di atas 10%. Selain itu juga kami sampai tahun 2030, itu kami berniat untuk membuka 250 SPBU total. Namun hal ini harus kami evaluasi ulang nih, kalau misalnya melihat kejadian yang sekarang," tutur Vanda.

Baca Juga: BBM Bensin Belum Tersedia di SPBU, Ini Penjelasan Shell

Meski begitu, baik Shell maupun BP-AKR mengapresiasi keputusan pemerintah yang membuka peluang suplai base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Kedua perusahaan berharap solusi ini bisa segera berjalan agar kelangkaan tidak berlarut.

“Saat ini kami masih dalam pembahasan B2B, sesuai dengan anjuran dari Bapak Menteri, terkait pasokan import base fuel saat ini sedang berlangsung,” kata Ingrid.

Selanjutnya: APPI: Merger Adira dan Mandala Finance Bukan Tren Konsolidasi Industri Multifinance

Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×