kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sido Muncul ekspansi pasar ekspor


Senin, 27 Februari 2012 / 13:59 WIB
Sido Muncul ekspansi pasar ekspor
ILUSTRASI. Logo grup PT PP.


Reporter: Lili Sunardi | Editor: Edy Can


JAKARTA. Menjadi salah satu produsen jamu terbesar di Indonesia nampaknya belum cukup memuaskan bagi PT Sido Muncul. Tahun ini, PT Sido Muncul akan merambah pasar ekspor dengan menyasar negara-negara maju di Asia, Australia dan Eropa.

Irwan Hidayat, Direktur Utama Sido Muncul menjelaskan, ekspansi ke luar negeri ini berdasarkan pengalaman pribadinya ketika berkunjung ke luar negeri. Menurutnya, seringkali ada permintaan untuk memasarkan produknya ketika sedang berada di luar negeri.

“Saya hanya ingin mengekspor ke negara yang lebih maju dari Indonesia dan tidak ingin ke negara yang sama atau bahkan lebih mundur levelnya dari negara kita,” ujarnya.

Sido Muncul akan mengandalkan produk Tolak Angin, minuman energi dan beberapa produk kopi jamu lainnya. Dari situ, Irwan mengatakan, pasar dunia diperkenalkan secara bertahap berbagai jenis jamu lainnnya buatan Sido Muncul.

Meski tidak mau menyebutkan target peroduksinya 2012 ini, Irwan yakin produksi tahun ini akan naik sekitar 30% dari 2011 lalu, yang mampu memproduksi 350 juta sachet jamu. Dari jumlah tersebut pun, pihaknya akan tetap mengutamakan penjualan di dalam negeri.

Ditanya kemungkinan membangun pabrik di luar jawa, Irwan menegaskan, pihaknya masih mengandalkan pabrik di Semarang, Jawa Tengah. “Untuk membangun pabrik itu butuh laboratorium dan Sumber daya Manusia (SDM) yang kompeten dan itu masih jarang,” jelasnya.

Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia memprediksi penjualan jamu mencapai Rp 11 triliun-Rp 12 triliun. Target ini meningkat 10%-20% dari penjualan 2010 yang sebesar Rp 10 triliun.

Untuk mencapai target ini, GP Jamu akan memacu ekspor. Menurut Charles Saerang, Ketua Umum GP Jamu, nilai ekspor jamu tahun lalu mencapai Rp 1 triliun, atau 10% dari total penjualan. Tahun 2011, GP Jamu menaksir nilai ekspor bisa tumbuh 20% sehingga menyentuh Rp 1,2 triliun. Charles yakin GP Jamu akan mencapai target tersebut.

Pasar jamu di luar negeri memang terbuka lebar. Setelah pasar Eropa dilanda resesi, produsen jamu kini melirik China, Asia Tenggara, Rusia, dan Afrika Selatan. “Thailand dan Kamboja prospeknya bagus. Kalau Afrika kami menawarkan produk slimming tea soalnya warga Afrika gemar karbohidrat dan berpotensi terserang kolesterol,” lanjut Charles.

Sementara itu, pasar China potensial karena Negeri Panda itu tidak memiliki tanaman asli temulawak dan jahe. Beberapa produk jamu olahan yang menjadi unggulan ekspor antara lain teh herbal, kopi jamu, dan aromatheraphy. Sementara bahan baku unggulan jahe yang kerap diekspor terdiri dari temulawak, sambiloto, pegagan, jahe, hingga kencur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×