Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Tahun ini bukan tahun yang baik bagi produsen ternak. Selain terbebani dengan kenaikan harga bahan baku, para produsen ternak juga terpukul karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi beberapa waktu lalu. Maklum produsen pakan masih impor jagung dan kedelai. Mau tak mau, produsen pakan harus menaikan harga jualnya. Bahkan, PT Sierad Produce Tbk harus mengkaji ulang target produksi pakan ternak.
Awalnya, manajemen perusahaan itu optimistis, produksi pakan ternak tahun ini sebesar 500.000 ton. Memasuki semester kedua, emiten dengan kode saham SIPD ini memproyeksikan produksi pakan ternak hanya 400.000 sampai 450.000 ton.
"Mungkin tercapai 80% sampai 90% dari target," ujar Eko Putro Sandjojo, Wakil Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk saat dihubungi KONTAN baru-baru ini.
Eko bilang sampai September, Sierad sudah menaikkan harga pakan dua kali. Total kenaikan harga pakan sebesar Rp 500 per kilogram (kg). Meski sudah menyesuaikan harga jual pakan, kata Eko, kenaikan harga ini tak sebanding dengan laju kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung oleh produsen.
"Tapi kita pertimbangkan juga kemampuan beli customer," kata Eko.
Berdasarkan perhitungan Eko, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS Rp 2.000 membuat harga pakan naik Rp 1.000 per kg. Namun, ini dengan asumsi harga bahan baku pakan tetap. Jika harga bahan baku naik, kenaikan harga jual pakan pasti lebih tinggi. Sayangnya, Sierad tak berani menaikan harga jual pakan terlalu tinggi.
"Makanya, Sierad menurunkan volume penjualannya," kata Eko.
Tak seperti produksi pakan, Eko optimistis produksi bibit ayam alias day old chicken (DOC) milik Sierad di akhir tahun akan sesuai dengan target produksi yakni sekitar 120 juta ekor. "Kandang kita sudah full capacity, produksi naik terus," kata Eko.
Eko menceritakan, dua kandang baru milik Sierad sudah terisi penuh walaupun belum semua indukan bertelur. Menurut Eko, kenaikan produksi DOC akan terjadi pada akhir tahun nanti. Untuk jenis broiler, pada Oktober nanti Sierad bisa memproduksi 2,2 juta ekor per minggu. Sedangkan di bulan Desember, naik menjadi 2,5 juta ekor per minggu.
"Sebelumnya, produksi hanya 1,8 juta sampai 2 juta ekor per minggu," terang Eko.
Semester pertama tahun ini, Sierad meraup penjualan sebesar Rp 2,1 triliun atau lebih tinggi 5,52% dibandingkan tahun lalu periode yang sama, yakni Rp 1,99 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News