Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengaku bisnis petrokimianya terdampak oleh tren kenaikan harga minyak mentah dunia. Walau begitu, perusahaan ini telah mengantisipasi sehingga kelangsungan operasional bisnisnya tetap terjaga.
Mengutip trading economics, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 90,79 per barrel pada Jumat (15/9) pukul 10.30 WIB. Padahal, pada akhir Juni 2023 lalu harga minyak mentah masih ada di level US$ 67,03 per barrel.
Sekretaris Perusahaan Kilang Pertamina Internasional Hermansyah Y. Nasroen menyampaikan, minyak mentah berkontribusi 88%--93% terhadap seluruh biaya produksi petrokomia KPI. Dengan begitu, kenaikan harga minyak mentah global jelas akan berdampak signifikan bagi KPI. Walau demikian, perlu diingat bahwa kinerja refinery ditentukan oleh crack speed atau selisih harga intake minyak mentah dengan harga produk hasil petrokimia.
KPI memastikan bahwa sampai saat ini belum ada kebijakan penyesuaian harga produk petrokimia kepada para pelanggannya di tengah lonjakan harga minyak mentah. “Selain karena sudah ada kontrak, kami juga masih melakukan tinjauan atas kondisi saat ini. Harapannya kondisi pasar minyak dunia segera membaik,” terang Hermansyah, hari ini (15/9).
Baca Juga: Pertamina Lanjutkan Proyek Kilang Tuban
Upaya-upaya yang bisa dilakukan KPI untuk mengendalikan biaya pembelian minyak mentah antara lain memilih produk minyak mentah yang optimal, pengelolaan inventori, dan efisiensi biaya pengangkutan.
Di luar itu, KPI optimistis kinerja bisnis petrokimia Pertamina Group tetap prospektif pada masa mendatang. Pertamina sendiri menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar US$ 68 miliar untuk 5 tahun mendatang, yang mana 41,7% di antaranya dialokasikan untuk lini bisnis petrokimia.
Dengan alokasi capex sebesar itu, KPI berusaha mengembangkan bisnis petrokimia yang berkelanjutan dan menjadi pemain terkemuka di industri tersebut. KPI memiliki beberapa rencana pengembangan proyek petrokimia yang sekaligus merupakan program hiliriasi berbasis produk dari kilang minyak.
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional Buka Peluang Menambah Partner di Proyek Kilang Tuban
Di antaranya adalah peningkatan kapasitas produksi aromatik (Paraxylene), pengembangan kilang Polypropylene, pengembangan produk Polyethylene, serta rencana pengembangan kilang yang terintegrasi dengan petrokimia.
“Selain itu, kami secara berkelanjutan mencari peluang melalui hilirisasi produk non bahan bakar menjadi produk bernilai tinggi yang berbasis petrokimia dan turunannya,” ungkap Hermansyah.
Sederet strategi tadi merupakan bagian dari upaya KPI untuk memenuhi kebutuhan industri petrokimia dalam negeri, sehingga berperan dalam mengurangi impor dari negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News