Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rumor mundurnya Shell dari Blok Masela yang telah berhembus beberapa hari belakangan membuat publik bertanya-tanya, bagaimana kelanjutan proses Blok Masela jika Shell benar-benar melepas Participating Interest (PI) di Blok Masela.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, ini tidak akan mengganggu proses di Blok Masela.
"Tidak ada masalah, kan di sana (Masela) lead-nya Inpex," ujar Dwi, Senin (6/4). Lebih lanjut Dwi menyebut pihak Shell sendiri telah mengkonfirmasi bahwa mereka tidak ada niat melepas PI di Blok Masela.
Hal senada diungkapkan Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman. "Tidak mengganggu, kan komitmennya operator (Inpex)," jelas Fatar.
Mengutip dari Reuters, Shell, perusahaan pembeli dan penjual LNG terbesar di dunia ini mengumpulkan uang tunai untuk membantu membayar pembelian BG Group senilai US$ 54 miliar pada tahun 2015 dan berharap dapat memperoleh sekitar US$ 1 miliar dari penjualan 35% sahamnya dalam proyek tersebut.
Keputusan Shell untuk menjual proyek Abadi di blok Masela, yang dioperasikan oleh perusahaan minyak dan gas Jepang, Inpex Corp yang juga memiliki saham di proyek itu menyoroti kesulitan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dalam menarik investasi energi.
Konstruksi dimulai pada 2018. Padahal sebelumnya di tahun 2016 proyek itu sempat ditunda setidaknya hingga tahun 2020 setelah pemerintah Indonesia menginstruksikan peralihan dari fasilitas lepas pantai ke fasilitas darat.
Inpex dan Shell sekarang sedang mempersiapkan Rencana Pengembangan baru untuk diajukan tahun ini, laporan tahunan Shell mengungkapkan. Proyek ini diperkirakan tidak akan beroperasi sampai setidaknya tahun 2026. Tetapi Inpex telah memulai desain awal rekayasa awal untuk pabrik LNG dengan kapasitas tahunan sebesar 9,5 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News