Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
Soerjaningsih menjelaskan, untuk menggunakan teknologi yang lebih handal seperti artificial lift maupun stimulasi, akan kurang ekonomis bagi KUD atau BUMD.
"Apabila dilakukan workover, hydraulic fracturing maupun deepening melanggar aturan yang ada karena pemroduksian sumur tua hanya dari lapisan yang pernah diproduksi. Juga apabila dilakukan workover untuk pindah lapisan maupun deepening ke lapisan yang lebih dalam, merupakan termasuk kegiatan eksplorasi kontrak kerja sama," papar Soerja dalam keterangan resmi, pekan lalu.
Adapun, berdasarkan data Kementerian ESDM, KUD maupun BUMD yang telah mengelola sumur tua adalah:
- BUMD PT PertoMuba di Lapangan Babat dan Kukui yang mengelola 565 sumur tua dengan produksi 574,34 barel per hari.
- KUD Wargo Tani Makmur di Lapangan Tambi dan Nanas, mengelola 13 sumur.
- Perusda Purwa Aksara di Lapangan Gabus, mengelola 27 sumur.
- KUD Unggul di Lapangan Cipluk, mengelola 18 sumur.
- PT Blora Patra Energi di Lapangan Petak, mengelola 23 sumur.
- PT Bojonegoro Bangun Sarana di Lapangan Wonocolo, Dandangilo dan Ngrayong. Dari 493 sumur tua yang dikelola, berhasil diproduksi minyak sebesar 283,68 barel per hari.
- PT Blora Patra Energi di Lapangan Ledok dan Semanggi, mengelola 267 sumur dengan produksi 180,91 barel per hari.
- KUD Wargo Tani Makmur di Lapangan Banyubang, mengelola 24 sumur dengan produksi 11,77 barel per hari.
- Perusda Aneka Tambang di Lapangan Gegunung, mengelola 10 sumur dengan produksi 4,10 barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News