kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

SKK Migas siap bentuk cluster migas demi efisiensi KKKS


Minggu, 08 September 2019 / 16:40 WIB
SKK Migas siap bentuk cluster migas demi efisiensi KKKS
ILUSTRASI. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) merencanakan pembentukan cluster alias pengelompokan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam waktu mendatang.

Langkah ini diklaim SKK Migas sebagai salah satu upaya efisiensi terhadap industri hulu migas serta demi mendongkrak produksi serta lifting KKKS. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang nantinya akan ada pembentukan enam hingga tujuh cluster.

"Harus ada sinergi antara KKKS, akan ada clustering sekitar enam hingga tujuh. Harus ada kerjasama dan infrastruktur jangan sendiri-sendiri," terang Dwi, pada gelaran IPA Convex 2019.

Baca Juga: Pertamina Hulu Energi (PHE) targetkan pengeboran lima sumur migas di Nunukan

Lebih jauh Dwi mengungkapkan, salah satu bentuk kerjasama yang dimungkinkan dengan clustering yakni seperti pengadaan rig. Nantinya setiap cluster dapat bekerjasama dalam pengadaan rig dan dapat dipakai bersama-sama.

Asal tahu saja, sejumlah kontraktor mengungkapkan kendala yang kerap dialami dalam pengadaan rig. Iklim investasi migas tanah air yang kurang riuh disebut jadi salah satu indikator sulitnya mendapatkan rig.

Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur IPA sekaligus Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menilai kesulitan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam memperoleh rig secara umum disebabkan belum adanya ketersediaan rig di sekitar wilayah Indonesia.

"Perusahaan penunjang memperhitungkan keekonomiannya soal peluang ditempat lain. Kesulitan ini umumnya dirasakan yang offshore," jelas Nanang.

Baca Juga: EOG Resources minati dua potensi temuan migas tanah air

Penurunan aktivitas eksplorasi juga dinilai sebagai penyebab kesulitan pengadaan rig oleh sejumlah KKKS. Tumbur berpendapat,  jika ada banyak rencana pengeboran maka para perusahaan penunjang rig akan tertarik untuk datang.

Disisi lain, Pendiri Reforminer Institute sekaligus Pengamat Migas Pri Agung Rakhmanto menilai aktivitas pengeboran (jumlah rig) merupakan salah satu indikator keriuhan aktivitas operasional lainnya. "Jika sulit (pengadaan rig), maka aktivitas disini kalah dengan tempat lain," jelas Pri.

Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan Ekplorasi SKK Migas Shinta Damayanti menyebutkan, upaya ini sebagai upaya yang dilakukan SKK Migas untuk memangkas hal-hal yang dinilai jadi penghambat dalam pengembangan industri migas.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×