Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
CILEGON. Pabrik utama Tenaris di Indonesia, PT Seamless Pipe Indonesia Jaya (SPIJ) Cilegon, Jawa Barat bakal melakukan konversi teknologi lama dengan teknologi dopeless yang mampu menghasilkan pipa lebih ramah lingkungan. Konversi teknologi itu membutuhkan dana investasi sebesar USS 30 juta.
Presiden Direktur SPIJ, Lucio Costarrosa mengatakan, SPIJ bakal menjadi satu-satunya perusahaan yang mampu memproduksi pipa dengan teknologi dopeless. Produk pipa yang dihasilkan diklaim tidak lagi menggunakan pelumas dalam sambungannya atau dikenal dengan sebutan pipa kering.
"Dengan teknologi itu maka pipa tidak akan mencemari lingkungan dan lebih cepat dipasang," kata Costarrosa dalam acara kunjungan pabrik oleh Wakil Menteri Perindustrian, Senin (30/5).
Costarrosa mengatakan untuk menerapkan teknologi itu, mereka telah mengirimkan 30 orang karyawan untuk mempelajari teknologinya di pabrik Tenaris di luar negeri. Selanjutnya, mesin dan perlengkapan di pabrik akan dikonversi ke teknologi terbaru. Rencananya, teknologi dopeless sudah bisa diterapkan pada bulan November 2011 nanti.
SPIJ merupakan anak perusahaan Tenaris yang berpusat di Argentina. Mereka memproduksi pipa seamless untuk kebutuhan eksplorasi minyak dan gas darat (onshore) dan lepas pantai (offshore) serta panas bumi. Pipa baja diperoleh dari pabrik Tenaris di negara lain seperti Argentina, Meksiko, Italia, Rumania dan Jepang. Sementara pabrik SPIJ di Indonesia hanya melakukan proses heat treatment dan finishing. Untuk produksi di Indonesia, mereka mengklaim lokal kontennya sebanyak 40%.
Tenaris sendiri di Indonesia memiliki dua pabrik yang berada di Cilegon dan Batam. Untuk SPIJ Cilegon, produksinya mencapai 140.000 ton per tahun. Utilisasi pabrik menurut Costarrosa hanya mencapai 30% dari total kapasitas. Produksi pipa mereka tidak hanya dikonsumsi pasar dalam negeri tapi juga diekspor ke Asia dan Timur Tengah.
Utilisasi pabrik yang tidak maksimal menurut Costarrosa terjadi karena pipa produk China banyak yang masuk ke Indonesia setelah perdagangan bebas Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA). "Setelah kerjasama perdagangan dengan China, pangsa pasar kami tergerus 20% dalam satu tahun," kata Costarrosa.
Konsumsi Indonesia untuk pipa baja 100 ribu ton pertahun. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri tersebut tidak hanya di penuhi oleh Tenaris, tapi juga dari para kompetitornya.
Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian, Alex S W Retraubun mengatakan untuk melindungi industri pipa dalam negeri mereka tengah menyiapkan kebijakan safeguard dan SNI. "Kami akan melakukan langkah proteksi agar dampaknya tidak besar," kata Alex.
Alex mengatakan total impor pipa bor, casing dan tubing belum jadi (green pipe) dengan kode HS 7304.22.00.10 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 impornya mencapai 70.148 ton dan tahun 2010 menjadi sebesar 136.468 ton. Pada tahun 2010 sendiri impor dari China sebanyak 53.180 ton, Jepang 36.694 ton dan negara lainnya sebanyak 45.123 ton.
Sementara itu, impor pipa bor, cassing dan tubing selain green pipe pada tahun 2010 mencapai 53.902 ton turun dari tahun 2009 yang sebesar 54.501 ton. Tahun lalu, impor dari China sebesar 39.155 ton, Jepang sebesar 12.149 ton dan negara lainnya sebesar 2.598 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News