Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Potensi gas yang besar membuat pengembangan lapangan Abadi, Blok Masela, di Laut Arafuru, Provinsi Maluku menjadi incaran beberapa investor kakap. Pasca Pertamina, kabarnya ada investor asal Timur Tengah yang berminat di blok Masela.
Santer beredar kabar bahwa investor Timur Tengah yakni Petro Saudi ingin masuk ke Masela dengan dengan mengincar jatah milik pemerintah daerah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, saat ini pemerintah masih membahas participating interest 10% untuk Provinsi Maluku di Blok Masela.
"Pesan penting participating interest agar penghasilan dari kilang 10% mengalir bagi masyarakat daerah tempat produksi," ujar Sudirman.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja menambahkan, hingga saat ini tak ada pergantian pemilikan di Blok Masela. Apalagi, pemerintah belum menetapkan PI 10% bagi pemerintah daerah, sehingga tidak mungkin dijual ke pihak lain.
Setali tiga uang, Usman Slamet, Senior Manager Communication & Relations Inpex Corporation mengatakan, Inpex hingga saat ini tak mengetahui minat Petro Saudi. "Setahu saja., enggak ada itu," tegasnya kepada KONTAN, Senin (27/6).
Hingga saat ini, Inpex hanya berpatner dengan Shell. Meski begitu, ia tak menampik bila 15 Juni 2016 lalu, Pertamina memasukan surat penawaran untuk bisa ikut kelola Blok Masela.
"Kami sudah menerima surat Pertamina tentang interest Pertamina masuk ke proyek Lapangan Abadi. Itu sah-sah saja," ujarnya.
Pasalnya, potensi lapangan Abadi memang sangat besar sehingga menarik minat banyak pihak. Menurut Usman, beberapa alasan investor ingin ikut mengelola karena beberapa hal.
Pertama, terkait cadangan gas yang besar mencapai 10,73 triliun cubic feet (tcf). Kedua, kredibilitas Inpex yang biasa mengelola blok-blok gas blue chip sehingga akan memudahkan patner bisnisnya mengelola minyak dan gas.
"Selain itu, kami siap transfer teknologi serta memiliki SDM yang kompeten dalam pengelolaan gas," ujar Usman berpromosi.
Ketiga, perubahan investasi di Blok Masela yang membengkak menjadi US$ 19 miliar berpotensi bagi Inpex untuk membuka diri bagi investor lain, selain Shell.
"Estimasi investasi Kilang LNG Darat US$ 5 miliar lebih mahal dari konsep laut," katanya. Adapun dengan FLNG proyeksi investasi hanya US$ 14 miliar.
Meski begitu, Usman juga menilai, Shell juga tidak akan keluar dari proyek Masela lantaran proyek FLNG diubah menjadi proyek Kilang LNG Darat.
"Joint venture kami dengan Shell tetap. Sebenarnya tidak benar kalau di bilang Shell ahli kapal, karena justru Shell setahu saya adalah perusahaan yg paling banyak membangun LNG Plant di darat," imbuh dia.
Alih-alih sibuk mencari investor, Inpex saat ini memilih berdiskusi secara intensif dengan pemerintah mengenai kondisi yang diperlukan agar konsep Kilang LNG Darat ini feasible dari sisi teknis, ekonomis, dan lingkungan secara berkelanjutan dan tentu investable.
Selain Pertamina, Maryke Pullonggono, Vice President Petrochina Indonesia pekan lalu mengatakan, bahwa Petro China juga tertarik bila ada kesempatan masuk di Blok Masela.
Pasalnya, Blok Masela sangat potensial untuk pertumbuhan bisnis PetroChina. "Bukan tidak mungkin kami masuk, untuk berapa persennya belum diketahui, karena kami masih mengevaluasi blok-blok lain yang potensial," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News