Reporter: Merlinda Riska | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Phapros Tbk puyeng melihat nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang cenderung melemah. Produsen obat anti mabuk merek Antimo itu menyiapkan dua antisipasi sebagai buntut dari pelemahan rupiah, yaitu menekan cost sekaligus menaikkan harga jual obat secara bertahap.
Direktur Utama Phapros Iswanto menyatakan, nilai tukar yang yang tak stabil dan cenderung melemah membuat harga bahan baku obat yang 90% masih impor bakal melambung. Strategi menekan cost yang dilakukan Phapros adalah melakukan kontrak pemesanan bahan baku selama setahun.
"Dengan begitu, kami membayarnya dengan harga dollar pada saat tanda tangan kontrak. Meski nantinya, pengiriman dan pembayaran bahan baku dilakukan per bulan atau tiga bulanan, tapi kontrak tahunan ini menjaga kami dari kenaikan harga karena fluktuasi kurs," ujar Iswanto kepada KONTAN, pekan kemarin.
Iswanto menuturkan, kontrak pembelian tahunan ini bukannya tanpa risiko. Sebab, kontrak tahunan menandakan perusahaan telah secara pasti menghitung banyaknya obat yang bakal diproduksi. Artinya, perusahaan tersebut juga telah memastikan semuanya bisa terjual.
Oleh karena itu, item atau jenis bahan baku yang dipilih untuk kontrak tahunan adalah bahan baku yang merupakan backbone produksi perusahaan. "Kami lakukan untuk bahan baku backbone. Kalau dihitung, dengan strategi ini selain kami bisa menghindari fluktuasi kurs, kami juga bisa melakukan efisiensi hingga 10% dari biaya," ujar dia.
Strategi kedua yang akan dilakukan jika rupiah terus terkapar karena penguatan dollar AS, adalah meninjau harga jual produknya. Menurut Iswantono, ada beberapa item produknya yang akan mengalami penyesuaian harga. Tak semua item obat produksi Phapros bakal naik harganya. "Akan ada review beberapa produk. Apakah ada adjustment atau tidak, masih kami bahas. Kalaupun ada yang disesuaikan akan dilakukan bertahap," ujar dia.
Iswanto juga tidak bisa memastikan kapan penyesuaian ini akan dilakukan. Yang jelas, jika margin produk terus tertekan lantaran berbagai ongkos yang ditanggungnya mau tak mau akan dikerek.
Meski mengalami kendala soal nilai tukar rupiah, kata dia, secara umum, tahun 2015 ini Phapros menatap optimistis bisnis farmasi. Hal ini lantaran, tahun ini masyarakat Indonesia yang terdaftar dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan bertambah.
Untuk itu, jika tak ada aral melintang, Iswanto menyatakan, Phapros akan melantai di bursa efek pada semester satu satu tahun ini. "Kami ingin secepatnya bisa IPO, karena kami butuh dana untuk pembangunan pabrik supaya kapasitas pabrik bisa bertambah," ungkapnya.
Status Phapros sudah Terbuka (Tbk), tetapi selama ini belum listing di bursa saham. Tahun depan Phapros menargetkan penjualan naik 16% jadi Rp 675 miliar dan laba bersih ditargetkan naik 25% menjadi Rp 65 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News