Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
SEMARANG. Perusahaan farmasi PT Phapros Tbk akan memperbesar kapasitas produksi menjadi enam miliar tablet obat setahun. Target itu setara dengan tiga kali lipat kapasitas produksi saat ini, yakni dua miliar tablet obat setahun.
Untuk mewujudkan mimpi itu, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) itu akan membangun pabrik di Ungaran, Jawa Tengah. Di ibukota Kabupaten Semarang itu, Phapros akan membangun pabrik dengan memanfaatkan lahan seluas 10 hektare (ha).
Selain mengejar kapasitas produksi, Phapros akan memanfaatkan pabrik Ungaran untuk memproduksi obat biologi atau bilogical product.
Direktur Utama Phapros Iswanto optimistis prospek obat biologi menjanjikan. Berangkat dari riset International Medical Services Institute, pada 2012, penggunaan obat-obatan biologi sudah mencapai 16%, sisanya adalah obat kimia. Konsumsi jenis obat itu akan melonjak menjadi 40% pada tahun 2030.
Phapros pun menjajaki kerjasama dengan perusahaan asal Korea Selatan. "Dalam empat hingga lima tahun ke depan, akan terjadi transfer knowledge dari perusahaan Korea ke Phapros," katanya Iswanto, Selasa (28/10).
Manajemen Phapros saat ini masih dalam tahapan melengkapi syarat pembangunan pabrik, berupa izin analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan izin industri. Perusahaan itu juga tengah ngebut menyelesaikan rencana besar alias master plan pabrik Ungaran, sebelum menunjuk kontraktor yang akan membangun konstruksi proyek tersebut.
Rencana Phapros, pembangunan pabrik akan dimulai akhir tahun ini atau awal tahun 2015. Kalau tak meleset, perusahaan itu sudah bisa menikmati fungsi pabrik anyar itu pada 1,5 tahun sejak pabrik dibangun.
Mencari utang
Pembangunan pabrik itu diperkirakan menyedot anggaran hingga Rp 350 miliar. Untuk mencukupi kebutuhan dana itu, Phapros berencana mencukupinya dari perolehan dana mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) alias menggelar initial public offering (IPO). Sebagai informasi, meski saat ini Phapros sudah berstatus perusahaan terbuka tapi saham perusahaan itu belum tercatat di BEI.
Masalahnya, target pembangunan pabrik lebih awal ketimbang realisasi IPO, yakni semester I-2015. Oleh karena itu pada tahap awal Phapros akan berupaya mencari utang untuk membiayai pembangunan pabrik.
Selain itu, "Kami akan menggelar right issue (melepas saham baru) akhir tahun nanti," ujar Iswanto. Sayang dia enggan menyebutkan target utang dan perolehan dana dari right issue ini.
Sebagai informasi, sebelumnya manajemen perusahaan itu pernah membeberkan ingin IPO dengan melepas 10%-20% unit saham. Dari hajatan IPO itu, Phapros berharap bisa mengantongi fulus segar Rp 500 miliar.
Meski rencana IPO masih jauh panggang dari api, produsen obat Antimo itu sudah merancang, Rp 350 miliar akan digunakan untuk mendanai pembangunan pabrik. Lantas sisanya untuk mendanai kerjasama pendirian rumahsakit serta pengembangan produk dan teknologi.
Hingga Kuartal III-2015, Phapros mengklaim membukukan penjualan Rp 400 miliar, atau tumbuh 12% dari penjualan pada periode yang sama tahun 2013. Lantas, laba bersih tercatat Rp 18 miliar, atau lebih tinggi 24% dari laba bersih kuartal III-2013.
Tahun ini, Phaopros mendamba bisa membukukan penjualan Rp 610 miliar dan laba bersih Rp 60 miliar. Target ini lebih tinggi dari realisasi penjualan dan laba bersih 2013, masing-masing Rp 521 miliar dan Rp 42 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News