Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca restrukturisasi holding-subholding Pertamina di tahun 2020, Subholding Upstream yang mengelola seluruh wilayah kerja hulu Pertamina terus melakukan berbagai inovasi untuk memberikan optimasi biaya operasi guna menjaga keberlanjutan operasi dan kemampuan berinvestasi.
Aktivitas optimisasi biaya disebut dengan Optimuz atau Optimization Upstream dan dikelola oleh tim lintas fungsi di lingkungan Subholding Upstream baik dari subholding, regional dan zona guna melakukan dan merumuskan kegiatan-kegaitan terkait optimasi biaya. Pencapaian optimasi ABO (anggaran biaya operasi) yang terealisasi hingga akhir bulan Juni 2021 melalui OPTIMUS sudah mencapai US$ 349 juta atau 112% dari target tahunan yang ditetapkan.
Henricus Herwin, VP D&P Technical Excellence & Coordination sebagai Project Manager dari Tim Cost Optimization menjelaskan tujuan Optimus adalah untuk membangun budaya optimasi biaya dalam etos kerja dan mempertahankan operasi perusahaan secara berkelanjutan dengan biaya efektif dan efisien.
"Optimus juga menyasar optimasi biaya untuk aktivitas pengembangan yang memungkinkan perusahaan untuk dapat terus mengembangkan sumber daya dan produksi secara lebih agresif dan berkelanjutan," ujar Henricus dalam keterangan tertulis, Senin (13/9).
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional makin serius transformasi bisnis
Optimus dilakukan dengan menggunakan 7 pilar, yaitu peningkatan akurasi budget, inovasi teknis dan standarisasi desain, perubahan filosofi kerja, optimisasi operasional, optimisasi supply-chain, kerja sama antar perusahaan dan renegosiasi kontrak, serta organisasi yang adaptif. Ketujuh pilar ini sangat mungkin dijalankan dengan adanya regionalisasi dan operasi tanpa batas (Borderless Operation) serta pemanfaatan fasilitas bersama dan juga didukung dengan digitalisasi.
Penapaian target optimasi biaya tahun 2021 di Subholding Upstream diperoleh dari berbagai kegiatan berdasarkan 7 pilar optimasi biaya tersebut. Salah satunya adalah melalui penerapan DRUPS atau Diesel Rotary Uninterruptible Power Supply dengan sumber power supply dari layanan PLN Super Ultima-2 Power Plant di Pertamina EP (PEP) Tanjung Field yang masuk dalam pengelolaan Regional Kalimantan .
Penerapan teknologi DRUPS ini sangat berdampak baik pada peningkatan power quality-reliability menjadi diatas 99% serta dapat mengurangi beban biaya produksi lebih dari 45%.
"Sebelumnya, biaya produksi PEP Tanjung Field cukup tinggi dan sebagian besar untuk penggunaan BBM dan pelumas pada power supply sehingga perlu adanya alternative power supply yang lebih ekonomis namun tetap reliable,” kata Henricus.
Selain dari biaya produksi dan reliability, penerapan DRUPS ini juga sebagai bentuk sinergi BUMN dan dapat berpotensi untuk menurunkan sampai dengan 35 juta ton CO2eq emisi gas rumah kaca serta penurunan limbah B3.
Selain itu, salah satu program optimasi biaya lainnya di lingkungan Subholding Upstream dilakukan di Blok Mahakam. Dengan optimasi well intervention melalui metode redesign dan kolaborasi, PHM yang termasuk dalam Zona 8 Regional Kalimantan mampu melakukan penghematan biaya.
Optimasi lainnya adalah dari penggunaan chemical di lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris yang berada di Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream, bekerjasama dengan operator ExxonMobil. Optimasi dilakukan melalui inisiaif optimasi penggunaan Pour Point Deppressant (PPD) dan menjaga pipeline tidak terjadi wax built up.
Subholding Upstream dengan pola regionalisasi dan borderless operation juga mempunyai potensi optimasi lainnya termasuk dari Supply Chain Management dan Asset Management. Beberapa inisiatif yang dilakukan, antara lain melalui sentralisasi pengadaan barang dan jasa, renegosiasi kontrak aktif, stockless policy dan pemanfaat material bersama, optimalisasi warehouse management, kegiatan terkait marine & aviation dan asset management serta value creation dari aliansi kerjasama strategis.
Kontribusi terbesar dari cost efficiency di bidang SCM ini adalah proses sentralisasi pengadaan atau agregasi demand. Ini merupakan bagian dari Strategic Planning SCM dalam penggabungan kebutuhan atau permintaan sejenis dari berbagai zona sehingga didapatkan efisiensi melalui pembelian dalam jumlah besar.
Secara keseluruhan di Pertamina Subholding Upstream, sampai dengan Juli 2021 telah terlaksana lebih dari 125 program yang terkait dengan optimasi biaya.
Selanjutnya: Masuk subholding commercial & trading, Pertamina Patra Niaga andalkan 2 strategi ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News