Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Anjloknya harga minyak bumi di kisaran US$ 30 per barel menjadi alasan kuat menghentikan sementara subsidi yang diberikan pemerintah terhadap industri biodiesel. Karena itu, sudah seharusnya, Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDP) menghentian subsidi bagi industri biodiesel.
Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi Pertanian Bustanul Arifin, Senin (18/1). Ia bilang, bila subsidi terus diberikan di tengah pelemahan harga minyak dunia menjadi insentif yang salah. Sebab pemberian subsidi terhadap industri biodiesel hanya akan menguntunkan apabila harga minyak dunia berada di kisaran US$ 80 per barel.
Saat ini BPDP Sawit mengucurkan subsidi untuk industri biodiesel Rp 3.000 per liter "Tapi kalau harga minyak dunia dikisaran US$ 30 per barel seperti sekarang maka sudah tidak profitabel," ujar Bustanul.
Bustanul menjelaskan, angka subsidi biodiesel didapat karena pemerintah dan BPDP Sawit menggunakan asumsi harga minyak mentah dunia antara US$ 35 hingga US$ 40 per barel.
Ia menguslkan agar BPDP Sawit mulai fokus pada upaya melakukan kampanye positif terhadap komoditas kelapa sawit di dunia internasional. Kasus kebakaran lahan dan hutan yang melanda Indonesia belum lama ini, kata Bustanul, menjadikan citra kelapa sawit di dunia internasional makin terpuruk.
Ketua Umum Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB) Achmad Manggabarani menambahkan, pihaknya memahami selama ini BPDP Sawit baru mengucurkan dananya untuk subsidi ke industri biodiesel. Sebab dari semua tugas yang diamanatkan ke lembaga ini yang paling siap didanai baru industri biodiesel.
Namun tahun ini program replanting dan riset juga sudah siap untuk didanai. "Saya dengar Kementan juga telah menyiapkan lokasi di mana saja kebun sawit rakyat yang siap di replanting," ujar mantan Dirjen Perkebunan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News