kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sumber Tani Agung Resources (STAA) Targetkan Produksi 2023 Tumbuh 10%


Senin, 09 Januari 2023 / 22:37 WIB
Sumber Tani Agung Resources (STAA) Targetkan Produksi 2023 Tumbuh 10%
ILUSTRASI. Perkebunan kelapa sawit?PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) menargetkan produksi tahun 2023 tumbuh 10% dari produksi aktual tahun 2022 sebesar 401.747 ton. Perseroan optimistis mencapai itu dengan tetap tidak mengurangi dosis pupuk.

Sementara kenaikan harga crude palm oil/CPO diperkirakan akan semakin memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan tahun ini.

Per September 2022, STA Resources mencatatkan laba bersih Rp 876,69 miliar, naik 28% secara year on year (YoY). Sedangkan pendapatan usaha perseroan tumbuh 5,26% YoY menjadi Rp 4,4 triliun.

“Untuk penjualan CPO sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus mendukung peningkatan konsumsi biodiesel dan akan mulai diterapkan per 1 Februari 2023 untuk B35, dengan alokasi 13,15 juta kiloliter maka akan memberikan dampak positif ke STAA,” kata Sekretaris Perusahaa STAA Juliani Chandra dalam keterangan resminya, Senin (9/1).

Baca Juga: Sumber Tani Agung (STAA) Catat Kinerja POsitif hingga Kuartal III, Ini Pendorongnya

Juliani mengatakan kinerja positif selama 9 bulan ini didukung peningkatan porsi TBS (tandan buah segar) internal yang diproses perseroan dibanding dengan sebelumnya. Selain itu, karena adanya praktik manajemen kebun yang lebih baik, meski ada penurunan harga CPO dari level tertinggi di kuartal I.

Per akhir Desember 2022, Bloomberg mencatat harga CPO di level 4.171 ringgit per ton, di bawah median harga CPO di 2021 yakni 5.115 ringgit per ton. Kendati di bawah rekor harga 2022 yang sempat tembus 8.163 ringgit per ton pada 1 Maret 2022.

Head of Investor Relations STA Resources Edward Wijaya mengatakan, pihaknya memprediksi tren harga CPO di kuartal I ini cukup baik, apalagi awal tahun biasanya masuk musim trek (siklus produksi buah berkurang) yang dipicu musim hujan di penghujung tahun lalu dan dua perayaan besar di kuartal I yaitu Tahun Baru Lunar dan Bulan Ramadan.

“Namun, ada juga beberapa faktor yang dapat menekan harga seperti dampak resesi global yang akan mempengaruhi permintaan dunia yang berimbas juga ke demand palm oil,” kata Edward.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham STA Resources menjadi top gainers selama 2022 di antara saham emiten sawit lainnya dengan melesat 75,53% YoY ke level Rp 1.045 per saham.

Prasetya Gunadi, analis Samuel Sekuritas menilai sektor CPO akan diuntungkan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang akan menambah kadar sawit pada biodiesel menjadi 35-40% tahun ini dari sebelumnya 30%.

Dalam risetnya yang dirilis pada 23 Desember 2022, Samuel Sekuritas memperkirakan sentimen tersebut berpotensi mendongkrak permintaan CPO hingga 25%.

Selain itu, juga akan didorong prospek permintaan produk sawit dari China dan India, sebagai importir utama produk sawit global, yang meningkat tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi pasca Covid-19.

“Hal-hal tersebut dapat mendukung harga CPO untuk berada di level tinggi, rata-rata 4.000 ringgit per ton, di atas level pra-pandemi, bahkan dengan keputusan Uni Eropa yang terus mengurangi dan menghentikan penggunaan CPO di zona tersebut secara bertahap,” tulis riset tersebut.

Baca Juga: Sumber Tani Agung (STAA) Merealisasikan Ekspansi Produk Hilir Sawit

Dengan pertimbangan ini, Prasetya Gunadi memasukkan rekomendasi saham-saham sektor perkebunan menjadi overweight. Itu artinya, Samuel sekuritas menyakini kinerja saham sektor itu akan lebih baik di masa depan dari saham lainnya di sektor industri yang sama.

Dua saham yang masuk rekomendasi Samuel yakni PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) atau  STA Resources dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

“Kami masih mempertahankan rating overweight untuk sektor CPO, dengan top pick kami di sektor CPO adalah TAPG dengan target harga Rp 910 dan STAA dengan target harga Rp 1.400 per saham,” tulis Prasetya

Alasan Samuel memilih dua emiten itu karena umur tanaman sawit kedua produsen CPO ini masih relatif muda, sehingga volume produksi masih dapat bertumbuh signifikan.

Kedua emiten ini juga terus mengimplementasikan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan (Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang membantu meningkatkan investasi berkelanjutan (ESG).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×