Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyewaan alat berat, PT Superkrane Mitra Utama Tbk membidik pertumbuhan bisnis yang positif tahun ini.
Emiten berkode saham SKRN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menargetkan mampu mencapai angka pendapatan hingga Rp 500 miliar, atau lebih tinggi 19,19% dibanding realisasi pendapatan SKRN pada tahun 2021 lalu yang sebesar Rp 419,48 miliar.
Sekretaris Perusahaan Superkrane Mitra Utama Eddy Gunawin seraya optimistis perusahaan dapat mencapai bahkan melampaui target yang dipasang tahun ini. Hal itu ditandai dengan realisasi kinerja di kuartal pertama yang telah mengantongi pendapatan sebesar Rp 141 miliar.
Baca Juga: Kinerja Superkrane (SKRN) Melesat pada Awal Tahun Ini
"Lihat di laporan keuangan kuartal I-2022, pendapatan kami dibandingkan tahun lalu yang Rp 54 miliar, kami sudah bukukan Rp 141 miliar. Harusnya lebih dari Rp 500 miliar kalau kami kalikan empat kuartal," ujar Eddy, dalam Paparan Publik Virtual, Selasa (28/6).
Meski begitu, perusahaan juga tetap memantau situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air yang mungkin memburuk kembali. Menurutnya, selama situasi Covid-19 bisa terus terkendali, perusahaan optimistis dapat meraup kinerja memuaskan di sepanjang tahun ini.
"Tapi kami lihat jalanan sudah mulai macet parah, itu tanda yang kami lihat bahwa ekonomi mulai pulih kembali sehingga kami cukup optimistis dengan hal itu," ujar Eddy.
Katalis positif perusahaan di tahun ini di antaranya hadir lantaran adanya beberapa kontrak kerja baru, terutama di Morowali, di mana perusahaan cukup banyak mengawal proyek di wilayah tersebut.
Presiden Direktur Superkrane Mitra Utama Yafin Tantiono Tan menambahkan, hingga semester I-2022 perseroan telah mengantongi kontrak baru kurang lebih sekitar Rp 800 miliar.
Pihaknya tidak membeberkan lebih detail terkait jenis-jenis proyek dari kontrak baru tersebut. Namun memang dia menekankan bahwa pelanggan SKRN berasal dari berbagai sektor, dan perusahaan pun tidak hanya fokus di satu sektor saja, melainkan ingin ada pemerataan dari berbagai jenis proyek yang ditangani.
"Proyek hampir semua bidang kami masuk, jadi pemerataan tidak fokus di salah satu proyek saja. Saat ini lagi banyak kerja di Morowali, yaitu di pabrik refinery nikel. Selanjutnya ada pabrik chemical di Pekanbaru, sebagian ada di freeport, terus ada juga di daerah Kepulauan Riau," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News