kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   -6.000   -0,39%
  • USD/IDR 15.585   25,00   0,16%
  • IDX 7.717   -71,02   -0,91%
  • KOMPAS100 1.194   -12,30   -1,02%
  • LQ45 947   -7,59   -0,79%
  • ISSI 233   -2,49   -1,06%
  • IDX30 489   -3,87   -0,79%
  • IDXHIDIV20 583   -4,38   -0,75%
  • IDX80 136   -1,35   -0,98%
  • IDXV30 143   -0,75   -0,53%
  • IDXQ30 162   -1,10   -0,67%

Swasembada Energi, Kementerian ESDM Fokuskan Sektor Minyak dan Energi Hijau


Kamis, 24 Oktober 2024 / 16:33 WIB
Swasembada Energi, Kementerian ESDM Fokuskan Sektor Minyak dan Energi Hijau
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di Jakarta (23/10/2024).


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal fokus pada dua sektor yaitu minyak dan gas bumi (migas) dan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mewujudkan swasembada energi yang ditargetkan oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

Penegasan Presiden Prabowo disampaikan dalam beberapa kesempatan baik saat Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Pengumuman Menteri Kabinet Merah Putih serta Sidang Paripurna Kabinet. Swasembada energi merupakan salah satu dari 17 program prioritas Presiden Prabowo dalam kepemimpinannya di bawah visi Asta Cita.  

Kementerian ESDM pada Rabu (23/10) menggelar rapat pimpinan (rapim) untuk menyusun strategi untuk mencapai swasembada energi. Dua sektor yang bakal difokuskan ini antara lain peningkatan produksi siap jual (lifting) minyak dan konversi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) menjadi kendaraan listrik.

Wakil Menteri ESDM Yuliot mengatakan, rapim membahas indikator kinerja utama yang harus dicapai oleh para pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian ESDM. Rapat ini untuk memastikan setiap direktorat teknis memiliki kinerja yang selaras dengan arahan Presiden.

Baca Juga: Swasembada Energi, Pertamina Kembangkan 4 Terobosan Teknologi Rendah Karbon

Yuliot menjelaskan, arahan Presiden Prabowo terkait sektor energi menekankan dua hal utama, yaitu ketahanan energi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang baik untuk mendukung pembangunan serta kesejahteraan masyarakat.

"Pertama, bagaimana memastikan ketahanan energi. Kedua, pengelolaan SDA harus optimal agar bisa mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata Yuliot di Kementerian ESDM, Rabu sore (23/10).

Yuliot juga menegaskan pentingnya kendali penuh oleh Kementerian ESDM dalam pelaksanaan program tersebut, tanpa bergantung pada kementerian atau lembaga lain.

"Kita ingin memastikan kinerja tetap berada dalam kendali Kementerian ESDM, meski koordinasi dengan kementerian lain tetap diperlukan agar target dapat tercapai," ujarnya.

Tingkatkan Lifting Minyak

Untuk mencapai swasembada energi, Kementerian ESDM akan fokus pada peningkatan lifting minyak yang saat ini berada di angka sekitar 600.000 barel per hari. Yuliot menekankan perlunya peningkatan produksi minyak sesuai dengan target nasional untuk mendukung ketahanan energi.

“Jadi bagaimana kita meningkatkan sesuai dengan target yang ada, sehingga ketahanan energi kita juga bisa tercapai untuk peningkatan lifting tadi,” kata Yuliot.

Baca Juga: Lebih Lambat, Penerapan B50 Optimal Dilakukan 3-4 Tahun Lagi

Catatan Kontan, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi lifting minyak berada pada level 576.000 (BOPD) pada semester I-2024.

Adapun, target lifting minyak Indonesia sebesar 1 juta barel pada 2030 akan mundur selama 2 hingga 3 tahun. Dengan demikian, target tersebut diproyeksikan baru bisa tercapai pada 2033.

Energi Hijau

Selain fokus pada peningkatan lifting minyak, Yuliot menilai bahwa konversi kendaraan BBM ke listrik juga menjadi prioritas. Salah satu yang dilakukan melalui ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang sudah mulai terbangun di Indonesia.

"Semakin banyak penggunaan kendaraan listrik, konsumsi BBM akan berkurang. Ini salah satu strategi penting kita. Kita akan melihat target bagi penggunaan EV beberapa tahun ke depan justru bagaimana pengaruhnya terhadap pengurangan konsumsi BBM di dalam negeri," jelas Yuliot.

“Untuk pengurangan konsumsi ini, kalau memang produksi kita meningkat, bisa digunakan untuk bahan baku industri lain," tambahnya.

Upaya lain yang dilakukan untuk menekan konsumsi BBM adalah pengoptimalan program Bahan Bakar Nabati (BBN), yang saat ini berada di level B35. Pemerintah berencana meningkatkan campuran biodiesel menjadi B40, B50, hingga B60.

"Saat ini masih di B35, tapi ada rencana untuk naik ke B40, B50, dan B60. Tentu hal ini membutuhkan kebijakan pendukung, termasuk terkait bahan baku biosolar yang berasal dari kelapa sawit. Kita akan mendorong pelaku usaha yang belum mengekspor produk sawitnya untuk memasarkan di dalam negeri sebagai bahan baku biosolar," pungkas Yuliot.

Upaya peningkatan lifting minyak, konversi kendaraan, dan pengembangan bahan bakar nabati menjadi bagian integral dari strategi pemerintah untuk mewujudkan kemandirian energi, sekaligus mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Dihubungi secara terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, Pertamina sebagai BUMN mendukung program pemerintah untuk mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi. Beberapa upaya sudah dan terus dilakukan antara lain peningkatan produksi migas di mana tren produksi Pertamina selama 10 tahun terakhir naik 8%.

"Kemudian optimalisasi bioenergi melalui biofuels, SAF, dll. Juga pengembangan energi baru terbarukan seperti panas bumi," ungkap Fadjar kepada Kontan, Rabu (23/10).

Baca Juga: Prabowo Minta Menteri Inventarisasi Proyek Hilirisasi 26 Komoditas

Selanjutnya: Trio Muda Barcelona Antarkan Kemenangan Besar atas Bayern Munich 4-1

Menarik Dibaca: Daftar 7 Bahan Makanan yang Tak Boleh Dibeli dalam Jumlah Banyak, Kok Bisa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
FREE WEBINAR - Bongkar Strategi Viral Digital Marketing Terbaru 2025 FREE WEBINAR - The Psychology of Selling

[X]
×