kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2019, lifting migas nasional masih meleset dari target


Kamis, 09 Januari 2020 / 22:23 WIB
Tahun 2019, lifting migas nasional masih meleset dari target
ILUSTRASI. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengikuti rapat kabinet terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (6/1/2020). Pada rapat kabinet terbatas ters


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas (migas) tahun 2019 masih meleset dari target yang tertera dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Realisasi lifting migas tahun lalu tercatat sebesar 1,8 juta barel setara minyak dan gas bumi (barel oil equivalent per day/boepd) atau hanya 90,5% dari target yang ditetapkan APBN 2019 sebesar 2 juta boepd.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Sutjipto merinci, realisasi lifting minyak sebesar 746.000 bopd atau 96,3% dari target APBN yang ditetapkan sebesar 775.000 bopd. Sementara realisasi lifting gas 5.934 mmscfd atau 84,8% dari target APBN sebesar 7.000 mmscfd..

Meskipun begitu, Dwi mengatakan bahwa realisasi lifting migas sebesar 1,8 juta boepd itu setara dengan 101,1% dari Work Plan and Budget (WP&B) yang disepakati dengan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tercatat sebesar 1,79 juta boepd.

Namun, terkait dengan realisasi yang meleset dari target APBN, Dwi mengatakan bahwa hal itu terjadi lantaran sejumlah alasan.

Misalnya, terjadi karena beberapa insiden mulai dari unplanned shutdown, kebocoran pipa, kelistrikan serta hal non teknis seperti kebakaran hutan yang berdampak pada operasional PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Termasuk juga insiden yang terjadi di PHE ONWJ di Sumur YYA-1.

Selain itu, realisasi lifting yang tak mencapai target ini juga terjadi karena produksi migas sejumlah KKKS yang meleset dari target.

Menurutnya, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) paling besar menyumbang penurunan produksi. Disusul Pertamina Hulu Energi ONWJ, Pertamina Hulu Oses, Medco Natuna dan Pertamina EP.

“Lifting memang ada beberapa masalah seperti misalnya di Blok Mahakam terjadi penurunan produksi secara alamiah lebih tinggi sehingga minus 15.000 bph. Selain itu terjadinya pengeboran yang tidak sukses,” kata Dwi dalam paparan kinerja 2019, Kamis (9/1).

Berdasarkan laporan Kementerian ESDM, dalam periode 2014-2018, realisasi lifting minyak hanya mencapai target pada tahun 2016, selebihnya selalu di bawah target. Hal yang sama juga terjadi pada lifting gas bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×