Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Herlina Kartika Dewi
AKARTA. Geliat industri perhotelan di Indonesia turut mendorong ekspansi operator hotel. Lihat saja operator hotel asal Eropa, Accor yang berambisi mengelola 100 hotel di Indonesia sampai dengan 2015. Accor mengembangkan bisnisnya di Indonesia melalui sembilan merek, yakni Sofitel, Pullman, MGallery, Grand Mercure Maha Cipta, Novotel, Mercure, Ibis Styles, Ibis, dan Ibis Budget.
Sejak pertama kali mengepakkan sayap bisnisnya di Indonesia 20 tahun silam, hingga saat ini Accor sudah mengoperasikan 73 hotel dengan jumlah kamar total 14.366 unit. Jaringan hotelnya didominasi oleh segmen menengah (midscale) sebanyak 62 hotel, dan sisanya 11 hotel masuk ke dalam segmen atas (upscale).
Nah, pada tahun 2014, Accor berencana membuka sedikitnya 17 hotel baru. "Selanjutnya, ada 11 hotel yang dijadwalkan beroperasi di 2015. Sehingga Accor akan mengoperasikan paling sedikit 100 hotel," ujar Gerard Guillouet, Senior Vice President Accor Indonesia, Malaysia, dan Singapura, Rabu (11/12).
Sebagai perbandingan, sepanjang 2013 Accor agresif berekspansi dengan cara membuka 18 hotel baru. Perusahaan ini juga mengambil alih pengelolaan lima hotel.
Ekspansi Accor yang lainnya tahun lalu adalah meluncurkan merek baru di segmen hotel upscale, yakni Grand Mercure Maha Cipta. Hotel pertama yang beroperasi dengan merek itu baru dibuka belum lama ini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.
Guillouet menambahkan, rencana perluasan jaringan Accor tidak hanya terfokus pada kota destinasi utama seperti Jakarta dan Bali, namun juga sampai ke kota sekunder. Contohnya Palu dan Kendari di Sulawesi, di Samarinda, Kalimantan Timur, Malang di Jawa Timur, dan Padang di Sumatra Barat.
Menurut Guillouet, Accor ingin mengembangkan hotel di kota-kota kecil yang menyimpan potensi industri pariwisata untuk berkembang. "Sebagian besar hotel di kota-kota sekunder itu tentunya lebih banyak untuk segmen midscale," terangnya.
Meski begitu, Accor juga berencana menggenjot penambahan jumlah hotel skala atas. Alasannya, Guillouet meyakini pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang cukup pesat bakal membuka peluang bagi hotel upscale.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News